Perkembangan seni rupa Islami dewasa ini, mengalami transformasi yang menarik untuk dibahas sebagai wacana diskursus. Seni Islam tidak harus bercerita tentang Islam.
Seni Islami adalah ekspresi keindahan visual dari perspektif Islam tentang alam dan kehidupan. Manusia sebagai subjek untuk mengantarkan pertemuan antara kebenaran dan keindahan melalui karya seni yang diciptakan.
Maka sikap penghormatan terhadap peran individu dan subjek seniman sebagai Muslim atau bukan, berada pada tatanan yang bersifat etik dan kritikal. Wacana seni rupa Islami sebagai gagasan baru untuk mengakomodasi kompleksitas seni rupa Islam menjadi kebutuhan yang mesti direalisasikan.
Eksistensi praktik seni rupa Islami dengan latar belakang yang berbeda akan memperkaya warna seni rupa Indonesia. Tahun 1970-an dapat dikatakan sebagai awal kelahiran seni rupa modern Islam di Indonesia ditandai dengan maraknya perbincangan serius perihal topik-topik seni rupa Islam yang terus berkembang hingga sekarang.
Gagasan pameran seni rupa Islami bertajuk “Bulan Terbit” akan menggambarkan perkembangan seni rupa Islam di Indonesia saat ini dengan segala variabel yang relevan dengan zamannya. Lebih jauh ini akan memberikan kontribusi seni terhadap perkembangan seni rupa Indonesia dalam konstelasi seni rupa dunia.
Bulan Terbit Exhibition menawarkan seniman untuk menyelami detail yang mendasari aktivitas dan proses harian. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana hal-hal bekerja pada tingkat yang dapat diukur, bukan melangkah mundur dan melihat gambaran besarnya.
Latar belakang pameran ini salah satunya menimbang bahwa praktik seni rupa Islami bukanlah sebatas kemampuan teknis dan kerja praksis semata berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam. Melainkan berupa bingkai kesadaran, tentang diri seniman beserta sikap dan pengalaman estetiknya dalam memaknai nilai-nilai Islami dalam keberagaman suku bangsa di Indonesia.
“Tentunya penilaian terhadap sebuah karya seni berkenaan dengan nilai-nilai atau kualitas estetik yang sering berkorelasi dengan nilai kebaruan, orisinalitas, kekhasan, keterampilan, teknik hingga keunggulan sensibilitas dan sensitivitas sesuai dengan teori-teori estetika yang dipakai sebagai pijakan sebuah nilai seni yang baik,” pungkas Wildan. (*)