“Bulan Terbit Exhibition dapat dijadikan sebagai penanda perkembangan seni rupa Islami dan wujud toleransi antar umat beragama dalam menyajikan karya rupa dari sudut pandang yang beragam. Terminologi kata Islami mengacu pada nilai-nilai dan sifat keislaman,” tuturnya.
Menurut Wildan, Karya seni disebut Islami apabila kandungan nilai-nilai atau sistem yang bekerja di dalamnya mengadopsi ajaran Islam.
“Menimbang bahwa diksi Islami adalah kata adjektiva yang menerangkan nomina atau kata benda, maka secara relasi hegemoni nya didominasi oleh subjek seniman Muslim. Namun tidak mesti demikian, seni Islami dapat juga dipresentasikan oleh subjek seniman nonmuslim selama karya seni yang dimaksud berisi kandungan nilai-nilai dan sifat keislaman,” jelasnya.
Wildan mengatakan, Seni rupa Islami adalah istilah umum yang merujuk pada nilai keislaman dan melekat di dalam karya rupa. Seni Islami merupakan ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang Islam, juga perspektif non muslim terhadap Islam, serta pandangan manusia akan sistem kehidupan yang mengantar kepada pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan.
“Seni Islam berasal dari dimensi dalam batin yang berisi nilai-nilai kebaikan dan motivasi kebenaran. Seni Islam mengandung dimensi dalam atau batiniah, tidak mungkin terlepas dari kerohanian Islam. Terminologi kerohanian (spirituality), dikaitkan dengan kata roh dan makna. Kedua istilah tersebut memiliki pengertian segi batin (spiritualitas),” paparnya.
Wildan mengatakan, Menurut Nasr, kedua sumber spiritualitas Islam adalah Alquran dan Hadis. Seni Islam merupakan seni yang bukan hanya diciptakan oleh Muslim, melainkan lahir dari kandungan wahyu Islam sebagaimana hukum Tuhan atau syariat dan jalan atau tarekat.
“Seni Islam adalah hasil dari sebuah kerohanian Islam, mengingat asalnya, sebagai pembantu, pelengkap dan pendukung bagi kehidupan spiritual karena merupakan realisasi menuju jalan fitrah atau suci,” ujarnya.
Wildan menjelaskan, Nasr menekankan bahwa seni Islam berlandaskan pada pengetahuan, yaitu pengetahuan yang ditunjuk sebagai hikmah atau kebijaksanaan.
“Dalam wacana estetika dunia, terdapat cara pandang yang berbeda antara pemikir Barat dengan pemikir Islam. Pemikir Barat modern memiliki kecenderungan menata nilai-nilai estetik ke arah bagaimana hubungan manusia dengan realitas diwujudkan dalam bentuk praktis karya seni dan menimbulkan reaksi panca indera serta aspek-aspek psikologis manusia,” jelasnya.