JABAR EKSPRES – Warga kampung adat Cireundeu turut memeriahkan acara pawai ogoh-ogoh dalam memperingati hari raya Nyepi tahun Caka 1946 tahun 2024 di Pura Wira Loka Natha Kota Cimahi pada, Minggu 10 Maret 2024.
Seni tradisional dari masyarakat Cireundeu, yakni angklung buncis, dipertunjukkan di depan umat Hindu di Cimahi sebagai upaya untuk memperkenalkan warisan budaya Sunda yang hampir terlupakan karena perubahan zaman.
Menurut Girang Serat Kampung Adat Cirendeu Kang Jajat mengatakan, mereka bekerja sama dengan masyarakat Hindu Cimahi untuk mempersembahkan pertunjukan Angklung Buncis. Biasanya, Angklung Buncis hanya dipertunjukkan dalam acara-upacara adat.
BACA JUGA: Perolehan Suara Naik Signifikan, Mang Ali Sebut Golkar Siap Bertarung di Pilkada Cimahi
“Kolaborasi budaya dari Cirendeu sendiri kami menampilkan Angklung Buncis, biasanya itu dipakai di Cirendeu untuk perayaan Mapag Panen atau pesta panen,” kata Kang Jajat pada Jabar Ekspres di Pura Wira Loka Natha Kota Cimahi, Minggu 10 Maret 2023.
Kang Jajat memberikan penjelasan mengenai Mapag Panen, suatu tradisi adat yang dilakukan oleh masyarakat Cirendeu sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh.
“Jadi itu bentuk rasa syukur kami kepada Tuhan atas berkah panen yang didapat,” jelasnya.
Lanjutnya, Kang Jajat menerangkan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 11 Maret 2024, kegiatan hari ini di Pura Wira Loka Natha akan menampilkan pertunjukan Angklung Buncis. Selain itu, Kang Jajat menyatakan kesiapannya untuk berpartisipasi dalam acara-acara lain yang bertujuan untuk mempersembahkan kesenian lokal tersebut.
“Untuk hari ini, untuk pelestarian Angklung Buncis juga selain untuk upacara adat Mapag Panen juga digunakan dalam kegiatan event-event lain, ketika kami diundang pasti kami siap,” tegasnya.
BACA JUGA: DPRD Bakal Kembali Inventarisasi Tanah Milik Pemkot Bandung Lewat Raperda Aset
Dalam perayaan festival budaya tersebut, Kang Jajat menuturkan mereka diundang untuk memeriahkan acara di Pura dalam menyambut Hari Raya Nyepi, hal tersebut juga menjadi bentuk toleransi dan akulturasi budaya antara budaya Sunda dan budaya Bali.
“Sebenarnya kami warga adat itu diundang untuk ikut memeriahkan menyambut Hari Raya Nyepi, suatu kegiatan yang sangat baiklah buat kita terutama di Kota Cimahi biar yang namanya toleransi itu tetap terjaga,” ungkap Kang Jajat.