JABAR EKSPRES – Penerapan kurikulum Merdeka P5 di SMAN 2 Cimahi bertema kearifan lokal hadir untuk membentuk kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya Nusantara, terutama budaya Sunda pada para siswa.
Tujuan utama dari implementasi ini adalah untuk memenuhi proyek Kurikulum Merdeka. Selain itu, tujuannya adalah untuk menanamkan pada siswa nilai-nilai kebhinekaan dan menghargai warisan budaya bangsa.
Menurut Staff Kurikulum SMAN 2 Cimahi, Isnaeni mengatakan SMAN 2 baru-baru ini melaksanakan kegiatan kearifan lokal sesuai dengan Kurikulum Merdeka satu tahun terakhir.
BACA JUGA: Geledah Rumah Hanan Supangkat Tadi Malam, Penyidik KPK Angkut 4 Koper
“Kita melaksanakan kunjungan atau konservasi kontekstual yang namanya pengenalan lingkungan ke Kampung Naga itu,” kata Isnaeni pada Jabar Ekspres saat ditemui di SMAN 2 Cimahi pada, Rabu 6 Maret 2024.
Isnaeni mengatakan, tujuan kunjungannya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan keberagaman budaya serta menghargai warisan budaya Indonesia dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi kearifan lokal.
“Memang budaya lokal, namun kita fokuskan ke Kampung Naga, supaya para siswa itu merasa menghargai budaya bangsa kita,” jelas Isnaeni.
Isnaeni menyampaikan pengalamannya di Kampung Naga di mana penduduknya memanfaatkan sumber daya alam dengan menggunakan kompor tradisional secara maksimal.
“Masyarakat di sana hidup dalam pola yang sangat berbeda dengan kebiasaan kita, tanpa menggunakan listrik atau handphone,” jelasnya.
Siswa-siswa SMAN 2 diharapkan dapat mengembangkan rasa bangga terhadap keberagaman budaya bangsa. Serta lanjut Isnaeni, mampu memfilter budaya asing dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal yang masih relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Tujuannya supaya mereka tuh bisa memfilter budaya asing yang masuk kita dengan memikirkan ternyata di kita budayanya ternyata masih bisa digunakan dan masih bisa diterapkan dalam kehidupan kita,” ucapnya.
Sebelum melakukan kunjungan ke Kampung Naga, pihak sekolah mengadakan survei kepada siswa dan orang tua untuk mengetahui apakah mereka bersedia mengikuti kunjungan tersebut. Setelah mengumpulkan hasil survei, jika mayoritas setuju, maka akan melakukan kunjungan tersebut.
“Antusias siswanya Alhamdulillah dari kelas 10 dengan jumlah 12 kelas seluruhnya itu semua ikut, paling hanya 3 orang yang tidak ikut,” ungkap Isnaeni.