JABAR EKSPRES – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cimahi rutin melakukan survei dua kali setahun pada bulan Februari dan Agustus. Saat ini, survei untuk bulan Februari 2024 sedang dalam tahap pengolahan data, dan survei berikutnya dijadwalkan untuk bulan Agustus.
Metode yang digunakan adalah sampling bukan sensus, di mana wilayah-wilayah yang menjadi sampel ditentukan berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) RI.
Menurut Fungsi Statistisi Muda BPS Kota Cimahi, Dibya Wirawan mengungkapkan pihaknya melakukan sampling di bawah ini dan kemudian melakukan pendataan menggunakan kuesioner.
“Salah satunya adalah bisa mengeluarkan indikator-indikator ketenagakerjaan, publikasinya ada di website Satkesta itu, namun publikasinya di akhir tahun,” ungkap Dibya pada Jabar Ekspres di Kantor BPS Cimahi pada, Selasa (5/3).
BACA JUGA: Warga Terdampak Pergerakan Tanah di Bandung Barat Dipastikan Relokasi
Dibya menyatakan, data yang dipublikasikan bulan Agustus adalah data dari tahun sebelumnya, sesuai dengan konsep pendataan yang mengacu pada ILO (PBB) tentang organisasi buruh.
“Jadi yang namanya ILO bisa dibandingkan antar negara jadi tidak Indonesia atau Cimahi tapi harus bisa dibandingkan antar negara,” jelasnya.
Setelah melakukan survei, Dibya mengatakan data terkait ketenagakerjaan, termasuk jumlah pekerja, tingkat kemiskinan, tingkat kemiskinan berdasarkan pendidikan, dan jenis kelamin yang paling banyak mengalami kemiskinan di wilayah Cimahi telah berhasil dikumpulkan.
“Konsepnya konsep tenaga kerja itu ya konsep ketenagakerjaan ILO jadi ada konsepnya,” papar Dibya.
“Untuk klasifikasinya awalnya kita melakukan listing, jadi kita dapat wilayah-wilayah itu dari pusat itu RT mana saja atau blok mana saja yang mau di sampel,” tambahnya.
BACA JUGA: Dua Pelaku Perdagangan Sepatu Merk Ilegal Berhasil Diamankan, Untung Jutaan Rupiah
Dibya menjelaskan bahwa dia melakukan survei dengan mengunjungi setiap RT secara langsung sebagai sampel yang mewakili populasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah door to door.
“Begitu kena kita menggunakan metodologi pengambilan sampel akhirnya dipilih 10 KK per setiap RT, kita tanya detail mengenai salah satunya ketenagakerjaan,” paparnya. (Mong)