Pengamat Unpad Beberkan Faktor Kemenangan Prabowo Gibran, Ada Jokowi Efek?

JABAR EKSPRES – Pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka unggul telak dalam real count sementara KPU. Keunggulan paslon 02 itu juga sesuai dari hasil quick count sejumlah lembaga survei.

Misalnya berdasarkan update real count KPU 19/02 pukul 11.00, Prabowo Gibran unggul dengan 58,34 persen. Dalam hitung suara yang dipublikasikan melalui pemilu2014.kpu.go.id itu, Prabowo Gibran memperoleh 54.917.190 suara.

Jarak dengan paslon kedua juga cukup tinggi. Yakni Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar yang hanya memperoleh 24,35 persen. Sementara pasangan Ganjar Mahfud hanya memperoleh 17,31 persen. Data itu update dari 70,72 persen TPS.

BACA JUGA: Siaga Bagi Caleg Stres Pasca Pemilu 2024, Dinkes Cimahi Siapkan Fasilitas Kesehatan 

Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan turut merespons keunggulan paslon 02. Menurutnya, Jokowi Efek jadi faktor yang cukup kuat pendulang suara paslon 02.

Firman menguraikan, dari sisi strategi, kemenangan itu bukan salah dari paslon 01 ataupun 03 tapi karena kekuatan dari 02. “Itu bukan kesalahan (paslon 01 atau 03.red), tapi karena 02 yang kuat,” cetusnya.

Firman melanjutkan, salah satu variabel pendukungnya adalah keterlibatan Presiden Jokowi. “Betul memang presiden tidak kampanye, tapi keberpihakan cukup nampak,” ucapnya.

Di satu sisi Presiden Jokowi telah banyak menggelontorkan program yang menarik bagi rakyat di wilayah pertempuran elektoral seperti Jateng dan Jatim. Seperti program bansos.

Menurut Firman, isu prioritas yang cukup menyentuh masyarakat Indonesia adalah masih soal ekonomi. “Makanya agak susah memang berhadapan dengan 02 yang terasosiasi dekat dengan Jokowi. Yang tingkat kepuasan publiknya tinggi. Ini bukan kesalahan 01 atau 03. Tapi memang pakai strategi apapun juga sulit untuk kalahkan 02,” jelasnya.

Di beberapa hari jelang pemungutan suara, isu negatif juga banyak menyerang 02. Misalnya, Film Dirty Vote. Tapi isu yang diangkat cenderung cocok untuk masyarakat menengah atas, jadi tidak begitu dipahami masyarakat menengah bawah. Sehingga dampak elektoral tidak begitu signifikan.(son)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan