Program Klasterkuhidupku Bikin Usaha Telur Asin Ini Tambah Sukses 

JABAR EKSPRES – Tidak mudah memulai dan membangun usaha, tetapi jika dijalani dengan serius dan telaten bukan tak mungkin bisa mendulang kesuksesan yang besar bahkan sampai berprestasi.

Kisah sukses inilah yang berhasil dibuktikan oleh Ainur Rohmatin, perempuan asal Lamongan, Jawa Timur dengan usaha Telur Asin Sabiq. Menariknya, perempuan yang akrab disapa Ibu Ain ini juga merupakan Ketua Kelompok dari Klaster Telur Asin Sabiq Bejo yang ada di daerahnya. 

“Usaha telur asin ini dimulai sejak 2009. Kondisi perekonomian keluarga saya saat itu sedang minus, karena ada utang. Lalu, saya memutar otak untuk mencari cara agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Munculah ide beternak bebek. Ternyata dari 25 ekor bebek, mampu bertelur sebanyak 23 butir. Namun, jika dijual langsung harga telur bebek terbilang murah, sehingga saya mencari cara untuk meningkatkan harganya dengan menjadikan telur asin matang, harga jualnya pun jadi meningkat,” ungkap Ibu Ain.

Telur asin prosesnya tidaklah susah, karena hanya butuh garam dan bata merah untuk mengubah telur bebek menjadi telur asin. Berbeda dengan telur asin Brebes yang diproses selama 14 hari, Telur Asin Sabiq hanya diproses selama 10 hari, sehingga rasa asinnya tidak berlebihan dan enak dimakan berulang kali.

Adapun nama Sabiq sendiri berarti bulan. Sementara nama klaster usaha Sabiq Bejo dipilih dengan harapan selalu diberkahi keberuntungan.

“Di awal merintis usaha, saya hanya bermodalkan Rp70.000 saja. Namun, produk yang saya buat bisa diterima pasar. Dari yang tadinya hanya memproduksi 20 butir telur asin, kemudian menjadi 50 hingga 100 butir per minggu. Sampai akhirnya pada 2015, klaster usaha kami berhasil memproduksi 1.500 sampai 2.000 butir per minggu. Selain telur asin biasa, kami juga memproduksi telur asin asap. Pada 2019, kami mampu memproduksi 4.000 hingga 5.000 butir per minggu,” imbuhnya.

Layaknya usaha lain yang terdampak pandemi, Klaster Usaha Telur Asin Sabiq juga sempat goyah di tahun 2020. Adanya pembatasan kegiatan kala itu membuat distribusi telur dari para pengrajin telur asin ke penjual menjadi terhambat.

Baik agen dan reseller kesulitan memasarkan produk telur asin selama pandemi. Menyikapi hal tersebut Ibu Ain tak berdiam diri, ia bersama para pengrajin lain kembali memutar otak hingga akhirnya terpikirkan untuk membuat menu turunan berbahan telur asin.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan