BANDUNG, JABAR EKSPRES – Kawasan Cingised, Kota Bandung kembali dilanda banjir pada Sabtu (10/2/2024). Hal tersebut imbas dari tingginya curah hujan yang melanda wilayah timur Kota Kembang.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat sekitar. Revitalisasi kawasan hingga pembangunan Rumah Pompa (Rupom), nyatanya belum mampu mempersingkat penyurutan genangan di wilayah tersebut.
Warga asal Griya Caraka, Alfani (28) menuturkan, kawasan tersebut sempat ditutup akibat penyurutan genangan yang memakan waktu berjam-jam. Padahal, hujan terakhir turun pada waktu sore hari.
BACA JUGA: Dewan Minta Pemkot Kaji Ulang Terkait Cara Pengantisipasian Banjir di Kota Bandung
“Dapat info dari temen emang ditutup. Cuman kan hujan terakhir sore, ternyata jam 9an pulang kerja jalannya masih di tutup, akhirnya terpaksa muter lebih jauh ke antapani,” ujar Alfani, kepada Jabar Ekspres lewat pesan selluler, Senin (12/2).
Di tempat lain, Warga RT 01 RW 06, Misbah mempertanyakan terkait efektifitas rupom dikala banjir melanda. Pasalnya, penyurutan justru banyak dilakukan oleh tenaga manusia.
“Denger mah kan kalau terjadi genangan, nanti si airnya di sedot sama pompa lewat pipa yang ada di bawah jalan. Cuman kemarin sampai jam 8 malam jam (banjir) gak surut-surut, akhirnya kan pake mesin lain disedotnya,” ungkap Misbah.
Menurutnya, ini kali pertama kawasan tersebut kembali diterjang genangan yang lumayan tinggi. Hal itu mengakibatkan akses yang menghubungkan Cingised dengan wilayah lain terpaksa ditutup.
BACA JUGA: Curahatan Hati Rakyat Terkait Banjir Kota Bandung
“Kemarin sampai tengah malem ditutup. Karena kalau mau dipaksa lewat pun gak bisa,” katanya.
Disisi lain, Warga yang bermukim di sekitaran Rupom, Enda Prakarsa meminta agar Pemkot Bandung melakukan pengecekan secara berkala. Hal tersebut imbas dari sering bermasalahnya rupom cironggeng.
Cara ini dimaksudkan agar rupom selalu dalam keadaan siap saat dibutuhkan untuk mempercepat proses penyurutan genangan.
“Kalau bisa selalu dilakukan cek berkala. Entah dari mesinnya atau sistem pengoprasiannya. Jadi pas banjir melanda gak ada lagi kata macet atau gak bisa digunakan,” pinta Enda.