Dilema Pengembangan Wisata dan Hutan Konservasi Tahura Bandung

BANDUNG, JABAR EKSPRES – Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda (Tahura Bandung) jadi salah satu ikon di kawasan Bandung Utara. Kawasan itu jadi salah satu primadona rujukan wisatawan. Namun pengembangannya juga rentan menimbulkan dilema karena fungsinya sebagai kawasan konservasi.

Tahura dengan luas sekitar 528 hektar itu termasuk yang pertama di Indonesia sebagai hutan raya sejak diresmikan pada 1985 lalu. Wisatawan yang berkunjung ke lokasi itu kadang tidak hanya warga Bandung, tapi juga luar kota, provinsi, bahkan wisatawan asing. Biasanya akan cukup ramai ketika akhir pekan.

Kawasan itu memang khas menawarkan wisata alam. Banyak aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung di kawasan itu. Termasuk mengunjungi berbagai spot-spot unik, sejarah, hingga pemandangan nan cantik.

Misalnya dengan jogging dengan track khas hutan atau alam, foto prewedding dengan nuansa alam, menikmati kuliner, melihat pemandangan dari tebing keraton, hingga bersepeda. Di lokasi itu juga ada dua goa bersejarah, yaitu Goa Belanda dan Goa Jepang. Masyarakat dapat melakukan ekspedisi menyusuri lorong-lorong goa itu.

Karena identik dengan hutan konservasi, maka masyarakat juga dapat banyak belajar mengenai flora dan fauna di kawasan tersebut. Tidak sedikit tumbuhan maupun hewan langka hidup di Tahura.

BACA JUGA: Tahura Bandung: Review, Harga Tiket, Fasilitas dan Akses Lengkap dan Terbaru!

Terbaru misalnya, ada Bunga Bangkai setinggi 2 meter lebih 7 centimeter mekar di kawasan tersebut. Salah satu spesies bunga yang langka dan dilindungi.

Pihak pengelola Tahura sendiri sebenarnya juga sering melakukan identifikasi satwa maupun tumbuhan di kawasan itu. Mulai dari dengan cara menelusuri secara manual hingga memanfaatkan camera trap.

Beberapa hewan langka juga sempat tertangkap camera trap baru – baru ini di kawasan tersebut. Di antaranya, babi hutan, musang, burung delimukan tembaga hingga kucing hutan. Binatang-binatang itu sebagian nampak mustahil ditemukan karena di ujung kepunahan, tapi ternyata masih bisa ditemukan.

Petugas Pengendali Ekosistem Hutan Tahura Bandung, Dicky mengungkapkan, sedikitnya ia berhasil mengidentifikasi 110 jenis kupu-kupu di kawasan tersebut. “Kawasan ini juga jadi perlintasan burung migrasi,” terangnya saat ditemui Jabar Ekspres beberapa waktu lalu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan