Sore Menulis dan Laku Hidup Bersenang-senang dengan Tulisan

Di tengah masa menjelang temaram, suara not-not piano yang terdengar, dan udara Kota Bandung yang kian mendingin. Para pemuda khusyu saat menuliskan kata-kata pada tiap medium, entah itu secarik kertas maupun gawai miliknya. Kata-kata menyoal tema yang selalu berbeda tiap pekan.

Muhamad Nizar, Jabar Ekspres.

 

Keriuhan pengunjung di kedai kopi yang bernama Cengkrama, Jalan Sangkuriang No.42 Dago-Bandung itu, kian lengkap dengan kehadiran para penulis. Mereka berkumpul di satu meja yang tidak terlalu besar. Seolah sengaja supaya udara dingin bisa dihangatkan oleh obrolan menyoal tulisan-tulisan secara berdekatan.

Sore menulis. Begitu mereka menyebut perkumpulan tersebut. Berlangsung setiap Selasa, dimulai pada sore yang menuju temaram. Mereka bakal menulis hingga malam. Mereka membahas satu bahasan yang berbeda tiap minggunya. Selalu berbeda dan menyenangkan. Berdiri pada 2023, pertengahan November lalu, mereka merayakan umurnya yang setahun.

Dikdik Ripaldi (31), warga Bandung yang rutin menjalani ‘ibadah’ di kedai kopi Cengkerama, menceritakan apabila Sore Menulis baginya bukan semata-mata soal kiat-kiat menulis yang baik, bagus atau sastrawi. Justru menurutnya, sebagai tempat mencurahkan tulisan apa saja.

“Tidak terbatas di sastra atau puisi. Itu tulisan setidaknya bisa dibaca dan dihayati bersama,” kata Dikdik saat ditemui Jabar Ekspres, Selasa (16/1) malam.

“Terus ketika membaca itu, kami berupaya memetik sesuatu dari tulisan masing-masing yang ada di atas meja. Lalu dalam perjalanannya. Ketika membaca tulisan atau mendengarkan tulisan kami, tuh, dibaca dimaknai, rasanya, semacam ruang untuk memetik diri,” tambahnya.

Seperti yang terjadi pada hari ini, lanjutnya, tema tulisan menyoal penyesalan. Menurutnya ada sejumlah pandangan beragam tentang penyesalan tersebut. Lalu terdapat satu makna yang dapat dipetik dan diproses ulang bagi dirinya.

BACA JUGA: Detik-detik Mencekam, Cerita Yani Korban Jebolnya Tanggul Cigede yang Kehilangan Harta Benda

Bagi pemuda yang sehari-hari menjalani pekerjaan sebagai jurnalis itu, ada sesuatu yang lebih besar tentang Sore Menulis. Tiap tulisan menimbulkan pemahaman terhadap diri sendiri juga bagi sekitar. Lalu ada terkait soal lingkungan. Tapi benang merahnya itu spiritualitas. Membicarakan yang di atas meja sebagai spiritualitas.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan