Jaga-Jaga! Makan Daging Merah Berlebihan Bisa Jadi Ancaman Kanker Pankreas

JABAR EKSPRES – Daging merah, menjadi santapan nikmat yang sulit ditolak oleh banyak orang. Baik itu hadir dalam bentuk juicy steak di restoran, lembut rendang di rumah, atau bahkan dalam beragam varian di restoran All You Can Eat yang menjadi favorit di era ini. Tapi, siapa sangka, keasyikan menikmati daging merah, terutama sapi, bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan kita.

Seorang ahli penyakit dalam yang juga menjabat sebagai Guru Besar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Ari Fachrial Syam, memberikan peringatan serius terkait konsumsi daging merah yang tinggi lemak. Menurutnya, makanan ini tidak hanya membuat kita menikmati lezatnya, tetapi juga dapat menjadi penyebab munculnya ‘silent killer’ atau penyakit kanker pankreas.

Dalam diskusi yang diadakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Ari menjelaskan bahwa makanan tinggi lemak, seperti daging merah, dapat membuat organ tubuh bekerja ekstra, termasuk pankreas. “Secara logika, makanan tinggi lemak seperti daging merah membuat kinerja organ-organ tubuh lebih berat. Termasuk pankreas,” ungkapnya.

Baca Juga: Mengenal 16 Jenis Tipe Kepribadian MBTI, Kamu Masuk yang Mana?

Beliau menjelaskan bahwa ketika organ tubuh bekerja keras, masalah kesehatan dapat muncul secara perlahan-lahan. Pada tahap ini, daging berlemak sulit dicerna, dan dapat menyebabkan peradangan yang berujung menjadi polip. “Kalau sudah menjadi polip, tinggal tunggu lemak-lemak tadi berubah jadi kanker di pankreas,” tegasnya.

Untuk menghindari risiko ini, Prof. Ari memberikan saran untuk membatasi konsumsi daging merah berlemak. Ia menekankan bahwa kebutuhan protein dapat dipenuhi dengan mengonsumsi alternatif sehat, seperti unggas, tempe, tahu, atau ikan. “Bisa ganti dengan ayam atau ikan. Semua makanan ini lebih sehat,” tambahnya.

Baca Juga: de Braga by ARTOTEL – Bandung Mempersembahkan Pameran Grup Jajar Wanci Bersama Enam Seniman Bandung

Saran lain yang disampaikan oleh Prof. Ari adalah mendorong anak muda untuk menjadi lebih aktif dalam bergerak. Gaya hidup yang kurang aktif, sebanding dengan risiko konsumsi daging merah berlebihan. “Jadi lebih aktif dan sebaiknya rutin melakukan tes kesehatan. Bagusnya itu setahun dua kali tapi satu tahun sekali juga tidak apa-apa,” pintanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan