10 Dampak Negatif dan Kerusakan yang Terjadi Jika Merayakan Tahun Baru

JABAR EKSPRES – Merayakan malam tahun baru bagi masyarakat modern menjadi sebuah kebiasaan, yang kini banyak diikuti generasi muda. Ternyata kebiasaan merayakan tahun baru memiliki dampak negatif yang harus kita ketahui.

Pasalnya, kerusakan yang ditimbulkan dari merayakan tahun baru bisa berakibat fatal. Selain merusak iman seseorang juga bisa menciptakan banyak dosa bagi yang melakukannya.

Dilansir dari tulisan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dalam sebuah grup kajian Islam, ada 10 kerusakan yang akan timbul saat seseorang merayakan tahun baru, diantaranya:

1. Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan ‘Ied (Perayaan) yang Haram

Perayaan (’ied) dalam Islam hanya ada dua yaitu ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, diluar dua perayaan tersebut, maka bukanlah perayaan bagi kaum muslimin.

Hal ini dijelaskan secara gamblang dalam sebuah hadits, Anas bin Malik mengatakan,

كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.”[HR. An-Nasa-i no. 1556. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

Baca juga : Jelang Natal dan Tahun Baru 2024, Polresta Bandung Antisipasi Titik Kemacetan di Tempat Wisata

2. Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir

Dilansir dari berbagai sumber, pertama kali ada perayaan tahun baru yakni pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi).

Yakni setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM, dengan penanggalan berdasarkan revolusi matahari.

Dan penghitungan tahun dimulai dari tanggal 1 Januari, dan sejak itulah rakyatnya merayakan malam tahun baru.

Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Yang berarti bila kita mengikutinya, maka itu berarti kita meniru-niru budaya orang kafir.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan