Pro Kontra Dinasti Politik Kota Banjar Mencuat, Jauh Sebelum Pilkada 2024

Terpisah, Juru Bicara Eksponen FPKB Dr (cand) Sulyanati, S.H., M.Si., M.Kn., mengatakan bahwa kontestasi Pilkada 2024 harus dimaknai sebagai momentum menata dan melanjutkan pembangunan dari apa yang telah dirintis sejak awal dan dicita-citakan bersama. Ketika berkonsensus Kotif Banjar saat itu harus meningkat menjadi Kota tahun 2002 silam.

“Masih terdapat kekurangan selama 20 tahun lebih perjalanan Pemkot tidak dapat dipungkiri. Inilah tantangan sekaligus harapan yang akan kita titipkan kepada siapa penerus kepemimpinan di Kota Banjar nanti,” kata Sulyanati.

Terlepas dari stigma dinasti, Sulyanati meyakini bahwa masyarakat Kota Banjar adalah pemilih yang cerdas. Periode tiap periode pemilih di Kota Banjar semakin cerdas. Namun di saat bersamaan, menjadi tanggung jawab bersama kelompok terdidik, akademisi, tokoh-tokoh untuk menyuarakan siapa yang dapat melanjutlan dan memperbaharui pembangunan ke depan menjadi lebih baik.

“Bukan hanya siapa tokohnya namun juga platform (visi) yang dimiliki calon-calon pemimpin tersebut. Karena kita berharap banyak kepada figur-figur calon pemimpin tersebut hingga dapat mengukur apakah dapat diharapkan atau jauh dari harapan keberlanjutan dan pembaharuan,” pungkasnya.

Politikus senior Partai Golongan Karya (Golkar) Kota Banjar Ir. Sudarsono menyampaikan, siapa saja boleh-boleh saja menjadi Kepala Daerah. Hanya saja tinggal bagaimana masyarakat mendorongnya. “Siapa saja bisa dan boleh. Banyak orang baik dan kompeten yang layak untuk jadi B1 (Wali Kota Banjar). Tinggal nanti siapa yang mau didorong masyarakat,” kata Caleg Partai Golongan Karya Dapil 1 Kota Banjar. (CEP)

Baca juga: Ganjar – Mahfud Janji Berikan Perhatian untuk Disabilitas

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan