Beberapa waktu lalu, Disdik mengadakan kegiatan AWC dengan tujuan mengembangkan bakat anak terutama dalam bidang pendidikan.
“Kemarin 30 November sampai 1 Desember di AWC ada beberapa lomba. Alhamdulillah antusias dari peserta didik dari PKBM Cimahi cukup baik, dan malah kita juga ingin mengadakan lagi kegiatan tersebut yang lebih besar,” ungkapnya.
“Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan bakat anak, karena selama ini tidak ada yang seperti itu. Kemarin juga tanggapan dari lembaga sangat antusias,” tambah Maya.
BACA JUGA: Kota Banjar Harus Bersih dari Tirani Dinasti
Kabid PPD Disdik Cimahi, Nuruddin menambahkan, angka siswa yang putus sekolah di Cimahi masih ada. Kendati demikian, ia menerangkan PKBM sendiri memiliki batas waktu untuk mencari masyarakat yang putus sekolah.
“Hingga saat ini masih ada beberapa masyarakat yang putus sekolah, yang seharusnya sekolah tapi tidak bisa sekolah. Karena kita tidak bisa menjangkau juga, karena PKBM kadang-kadang juga terbatas waktunya untuk mencari siapa yang putus sekolah,” kata Nuruddin.
Nuruddin menjelaskan, saat ini dari SKB sendiri bekerja sama dengan pesantren Darussurur. Karena ada beberapa pesantren yang tidak ada sekolah formal dengan kata lain pesantren murni.
“SKB kerja sama dengan pesantren Darussurur, karena di pesantren ada anak-anak ada yang sekolah ada juga yang tidak sekolah atau pesantren murni. Kalau Pasantren murni kan tidak sekolah, bila siswa yang SMP sama SKB di masukkan kesana ,tetapi bukan dia yang datang tapi mentornya atau gurunya yang datang ke pesantren,” jelas Nuruddin.
Untuk merubah mindset masyarakat yang beranggapan pendidikan kesetaraan tidak penting. Menurut Nuruddin, konsepnya lebih pada pendidikan kesetaraan namun wewenangnya pada pembinaan siswa, sehingga anggaran-anggaran itu lebih ke pembinaan.
“Seperti penyusunan administrasi lembaga, AOSP, administrasi gurunya, penyusunan berdasarkan PBD, termasuk kegiatan yang kemarin baru di laksanakan di cimahi ada gebyar kesetaraan pendidikan,” pungkasnya. (Mong)