JABAREKSPRES.COM, BANDUNG – Tren penjualan langsung di Kampoeng Rajoet Binong Jati Kota Bandung kian membaik. Kebangkitan itu tampak seiring pulihnya Pandemi Covid-19.
Koordinator Kampoeng Rajoet Binong Jati Eka Rahmat Jaya menceritakan, kondisi bisnis rajut saat ini tentu sudah berbeda dengan pandemi lalu. Sekarang penjualan langsung hasil produksi rajut juga tengah menunjukkan trend positif.
Kondisi itu berbeda saat pandemi, di mana masyarakat lebih banyak mengandalkan penjualan secara online. “Sekarang bisa 50:50, penjualan langsung dan online. Kalau saat pandemi 90 persen adalah penjualan online,” katanya kepada Jabar Ekspres beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Lantik 3 Kepala Daerah, Pj Gubernur Jabar Minta Jaga Kondusifitas di Tahun Pemilu 2024
Eka melanjutkan, pulihnya aktifitas masyarakat mendorong banyak wisatawan yang datang ke Kampoeng Rajoet. Itu menjadi salah satu pendongkrak penjualan langsung.
Kampoeng Rajoet sendiri juga menyediakan fasilitas edukasi kepada wisatawan yang berkunjung. Yakni kesempatan melihat dan belajar langsung proses merajut.
Merajut sendiri terdiri dari beberapa teknik. Mulai dari cara tradisional yang masih mengandalkan tangan dan jarum rajut, mesin semi atau intersia, hingga yang sudah full menggunakan mesin.
Kampoeng rajoet yang berada di Kelurahan Binong, Kecamatan Batununggal itu sudah berdiri sejak pertengahan 1960 an. Dulunya dimulai dari 5 perajin yang bekerja dengan sistem maklun dari pabrik-pabrik besar.
Era 70 an, jumlah perajin berkembang dan mulai menggunakan mesin flat kniting. Jumlah perajin terus berkembang hingga saat ini ada 400 an perajin di kampung yang tidak jauh dari Jalan Soekarno Hatta itu. Dalam sebulan, produksi Kampoeng Rajoet bisa mencapai 4.500 lusin pakaian dengan berbagai jenis.
Untuk pemasaran produk juga tidak hanya di Kota Bandung atau daerah-daerah di Indonesia. Produk Kampoeng Rajoet telah banyak di ekspor ke mancanegara. Seperti Amerika Serikat maupun Malaysia.(son)