Lebih lanjut Benetta menyebut 3 misi tersebut di antaranya adalah:
1. Mempertahankan serta memperjuangkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan sosial kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan.
2. Memupuk rasa cinta tanah air dan cinta akan kebersamaan kepada semua unsur masyarakat terutama umat Hindu, Budhha, Konghucu, serta aliran kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrva.
3. Membentuk kader-kader Gema Sadhana yang berjiwa Pancasila untuk memperjuangkan kesetaraan harkat dan martabat umat Hindu, Budha, Sikh, Konghucu, serta aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa di dalam kancah legislatif dan eksekutif.
“Gema Sadhana adalah contoh dari moderasi beragama, hadir untuk memberi kesempatan, keamanan dan kenyamanan bagi umat Hindu, umat Buddha, umat Konghucu, dan aliran kepercayaan untuk melaksanakan agama masing-masing dengan sikap bertoleransi, sehingga terbangunlah kedamaian hidup antar umat beragama di Indonesia,” lanjutnya.
Menurut Benetta, Gema Sadhana adalah jalan bijak memadukan cinta kasih dan sosial serta pemahanan kebhinekaan yang lebih terbuka terhadap perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga moderasi beragama dapat menjauhkan sikap ekstrem bahkan pemikiran primordialisme dan intoleransi terhadap perbedaan.
“Satu hal yang perlu diperhatikan bagi kehidupan sosial adalah menjauhi sikap intoleransi yang merusak sendi-sendi persaudaraan antar manusia. Sesuai amanat Bapak Presiden Joko Widodo pada saat ritual penyatuan tanah dan air yang dilakukan di IKN Nusantara, penyatuan tanah dan air melambangkan kerukunan, persatuan dan kesatuan unsur alam, untuk tetap menjadi bangsa yang kokoh dalam persaudaraan, agar memiliki daya juang yang kuat untuk menjaga dan membangun peradaban Nusantara yang sudah ada sejak ribuan tahun,” tuturnya.
Toleransi dan kerukunan antar umat beragama bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Kerukunan berdampak pada toleransi atau sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan, keduanya menyangkut hubungan antar sesama manusia.
“Toleransi adalah kuncinya. Toleransi membimbing kita pada moderasi beragama sehingga kita terhindar dari fanatisme yang dapat mengarah pada fundamentalisme, radikalisme, maupun ekstremisme. Sudah menjadi rahasia umum jika kehidupan bermasyarakat di tengah keragaman Indonesia tidak selalu berjalan mulus,” ucapnya.