“Sistem drainase masih buruk. Itu hampir di Kota Bandung masih buruk. Tak usah bicara soal kajian ilmiah atau lain sebagainya. Sederhananya, fakta di lapangan, sejumlah titik di Kota Bandung yang diproyeksikan untuk diperbaiki, masih terjadi genangan saat ini,” katanya.
“Artinya dilakukan atau hanya memproyeksikan saja? Atau malah hanya menghamburkan uang untuk melakukan normalisasi drainase yang buruk,” tegas Iwang.
BACA JUGA: Menyoal Modus Pecah Lelang Proyek di DPRD Jabar
Titik-titik Lokasi Drainase Buruk
Berdasarkan pemantauan Walhi Jabar, pihaknya merinci mulai dari wilayah Buah Batu, Kiaracondong, Cicadas, Ujungberung, Andir, Astanaanyar, Tegallega, dan kawasan Jalan BKR. Menurutnya catatan kecil itu merupakan beberapa lokasi yang mesti disorot Pemkot Bandung menyoal perbaikan sistem drainase.
“Itu kasusnya masih sama di lokasi tahun lalu. Artinya kami melihat ketidakseriusan pemerintah untuk memperbaiki sistem drainase yang baik,” ujarnya.
Pembangunan kolam retensi dan pompa air, menurutnya, mesti lebih transparan terhadap publik. Sistem, lokasi, hingga cara kerja upaya antisipasi itu mesti diketahui masyarakat supaya pemerintah menerima beragam masukan. Lantas pihaknya menyayangkan hal tersebut.
“Cuman pada dasarnya, kami mendorong pemerintah ketika ada upaya mitigasi atau upaya yang akan dijalankan, publik harus tahu. Tersampaikan secara berkala. Konteks sosialisasi jangan terjebak hanya beberapa kali,” tuturnya.
Klaim Titik Banjir Berkurang
Klaim penanganan masalah banjir yang mulai teratasi disampaikan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Dari yang semula ada sebanyak 68 titik, lokasi langganan banjir semakin menurun hingga tersisa belasan.
Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono mengungkapkan, penanganan masalah banjir saat ini semakin membaik. Tepatnya ada sekitar 12 lokasi yang masih mengalami banjir berulang.
Namun, banjir yang terjadi itu bersifat genangan atau luapan akibat air yang tidak terserap secara optimal. Penyebabnya diperparah lantaran curah hujan yang tinggi dan lebat. Dirinya menyebut itu sebagai fenomena banjir Cileuncang.
“Sekarang hanya tersisa 12 titik. Itu sesungguhnya banjir Cileuncang,” ungkap Bambang kepada wartawan di kolam retensi Inten, Bandung, beberapa waktu lalu.
Semuanya, kata Bambang, merupakan peristiwa banjir yang masuk kategori tergenang, lantaran memiliki kriteria banjir lebih dari satu jam. Serta lebih dari 30 centimeter (cm). Menurutnya, peristiwa banjir yang seperti itu terjadi di lima titik.