JABAREKSPRES.COM, BANDUNG – Martabat Bahasa Indonesia tampaknya kian luntur. Salah satu penyebabnya adalah gempuran bahasa asing dan bahasa gaul di masyarakat. Selain itu intansi pemerintah juga belum sepenuhnya tertib dalam penggunaan Bahasa Indonesia, khususnya di media luar ruang.
Dari pantauan Jabar Ekspres, kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia masih kerap dijumpai di beberapa sudut Kota Bandung ataupun di wilayah Jawa Barat. Kesalahan itu seperti penggunaan kata yang tidak baku. Biasanya ada di papan nama toko, layanan jasa hingga spanduk imbauan.
Misalnya di ujung persimpangan Jalan A Yani dekat Pasar Cicadas Kota Bandung. Di tempat itu banyak yang menyediakan jasa jual beli emas. Mereka menuliskan di lapak atau tokonya dengan istilah Terima Jual Mas. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “Mas” adalah bentuk tidak baku dari “Emas”.
Berikutnya di salah satu minimarket di Jalan Supratman Kota Bandung. Ada spanduk yang berisikan imbauan terkait penggunaan masker. Tapi dalam spanduk itu tertulis kata “Himbauan”. Kata “Himbauan” adalah bentuk tidak baku dari kata “Imbauan”.
Temuan lain adalah di Jalan Ibrahim Adjie Kota Bandung. Terdapat papan milik masyarakat yang berisi informasi jasa dengan bertuliskan “Service Jok Mobil Karpet Pelapon Door Trime”. Kata “Pelapon” adalah bentuk tidak baku dari “Plafon”.
Bahkan kesalahaan penggunaan kata “Himbuan” juga ditemukan di kawasan Lapangan Gasibu Kota Bandung. Padahal kawasan itu ada di depan pusat pemerintahan Jawa Barat atau Gedung Sate.
Di media luar ruang, keberadaan Bahasa Indonesia juga kian tergusur dengan Bahasa Asing. Hal itu terlihat dari nama-nama gedung pemerintah, nama infrastruktur strategis hingga nama perumahan yang cenderung menggunakan Bahasa Asing.
Di Bandung misalnya, ada Bandung Creative Hub di Jalan Laswi. Perumahan elit seperti Dago Village, Podomoro Park Bandung. Kemudian ada infrastruktur strategis di Jawa Barat yang baru diresmikan, yaitu Twin Tunnel di Tol Cisumdawu.
Selain media ruang, gempuran Bahasa Indonesia juga terjadi dalam percakapan sehari-hari masyarakat. Gempuran itu dalam bentuk maraknya penggunaan bahasa gaul atau slang. Utamanya di kalangan generasi muda.