Selain itu, Hilman juga menyebut saat ini penggunaan angkutan umum sendiri terbilang sangat lemah.
Menurutnya hal tersebut terjadi lantaran masyarakat saat ini bisa dengan mudah bisa membeli kendaraan bahkan bisa mencicil.
“Nah ini juga lantaran dipermudah oleh pihak produsen kendaraan pribadi. Sehingga masyarakat bisa membeli kendaraan sendiri bahkan dengan membeli tanpa uang muka. Nah dari situlah masyarakat berpikir dari pada naik angkot lama dan tidak nyaman mending beli kendaraan pribadi,” ungkapnya.
Adapun untuk meminimalisir ketertinggalan angkot, kata Hilman, pihaknya pun akan berupaya dengan melakukan pembinaan baik dengan Organda atau dengan koperasi.
Pembinaan ini dilakukan salah satunya untuk mendorong agar koperasi yang sudah terbentuk mampu membiayai operasional pengusaha angkot.
“Nah makanya kita Dishub berkewajiban untuk melakukan sebuah pembinaan-pembinaan baik itu dengan Organda dan Koperasi juga, agar nantinya koperasi dibesarkan sehingga bisa membiayai operasional, salah satunya mendukung operasional pengusaha-pengusaha angkutan umum, misalnya dalam hal onderdil, perbaikan perbengkelan,” terangnya.
Saat ini, kata Hilman, di Kabupaten Bandung sendiri terdapat 42 trayek aktif, dan 11 trayek merupakan trayek perbatasan.
“Di Kabupaten Bandung ini ada 42 trayek aktif dan 11 trayek perbatasan, misalnya antara Kabupaten Bandung dengan Garut dan Kabupaten Bandung dengan Cianjur dan kurang lebih dari jumlah 41 trayek aktif dan 11 trayek perbatasan itu ada 2.000 angkutan umum yang beroperasi di Kabupaten Bandung,” pungkasnya.