Presiden Turki Kecewa Pada PBB Karena Lambat Tangani Kondisi Gaza

JABAR EKSPRES – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa ia sedih dengan kelambanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menurutnya telah mengabaikan pembunuhan brutal terhadap anak-anak selama konflik Israel-Palestina.

“Tidak ada yang serius dalam menangani struktur yang memungkinkan pembunuhan brutal terhadap anak-anak. Kami sedih melihat citra PBB yang tidak berdaya,” katanya dikutip dari Antara, Kamis (26/10/23).

Erdogan menyampaikan komentar ini dalam sebuah pertemuan kelompok parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party) di Ankara.

Ia mengatakan, penentangan Turki terhadap struktur Dewan Keamanan PBB yang tidak adil sekali lagi ditunjukkan oleh kejadian-kejadian baru-baru ini.

BACA JUGA : Angka Kematian Meningkat Tajam di Gaza, Kemenkes Laporkan Lebih dari 700 Korban dalam Sehari

Ia merujuk pada resolusi Timur Tengah, yang gagal disahkan hanya karena salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan menggunakan hak vetonya. Turki telah lama mengkritik struktur seperti itu.

Erdogan kembali merujuk pada slogannya mengenai reformasi PBB, “Dunia ini lebih besar, bukan hanya lima negara,”

Ia mendasarkan slogan ini pada struktur Dewan Keamanan PBB yang memiliki lima anggota tetap dengan hak veto.

Ia menambahkan bahwa sikap mereka yang membela dunia dalam perang Rusia di Ukraina tidak terlihat dalam kasus pembunuhan massal di Gaza.
Erdogan menganggap mereka yang memiliki sikap berbeda “benar-benar munafik,”

Ia juga menggarisbawahi bahwa negara-negara di luar kawasan itu “mengipasi api” dengan membela Israel.

Namun Turki siap menjadi salah satu penjamin dukungan bagi pihak Palestina dalam aspek kemanusiaan, politik, dan militer.

BACA JUGA : Pemimpin Hizbullah, Hamas, dan Jihad Islam Berkumpul untuk Pembicaraan Mendalam

“Kami menawarkan diri untuk menyelenggarakan konferensi internasional yang akan dihadiri oleh semua pihak yang berpengaruh di kawasan ini,” katanya.

Konflik di Gaza, yang telah dibombardir oleh Israel sejak 7 Oktober lalu, bermula saat Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa.

Operasi ini merupakan serangan mendadak yang mencakup tembakan roket dan serbuan kelompok tersebut ke Israel melalui darat, laut, dan udara.

Hamas mengatakan bahwa operasi ini dilakukan sebagai pembalasan atas invasi ke Masjid Al Aqsa dan juga meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh para pemukim Israel.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan