Bandung Lautan Sampah, Kang Pisman ke Mana?

JABAR EKSPRES – Koordinator Kaukus Aktivis Lingkungan Bandung (KALB) Dadang Hermawan, menyebutkan bahwa kebakaran Sarimukti dan menumpuknya sampah di Bandung Raya menyebabkan kepanikan. Dari pihak masyarakat, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, maupun DLH Kota Bandung.

Dadang Hermawan, akrab disapa Utun, mengungkapkan bahwa pemerintah gagal mengatasi persoalan sampah. Pasalnya, Kang Pisman, program unggulan untuk menanggulangi permasalahan sampah di Kota Bandung, tidak berjalan dengan baik saat ini.

“Dari zamannya Pak Oded, dengan Kang Pisman-nya benar. Sebenarnya itu bisa mengatasi, sedikitnya, persoalan sampah di Kota Bandung,” kata Utun, Rabu, 25 Oktober 2023 kemarin.

BACA JUGA: Menyoal Apartemen Rakyat Paldam, Pemkot Bandung: Belum Ada Progres

Menurut Utun, jika program Kang Pisman dilanjutkan dengan baik oleh eks Wali Kota Bandung Yana Mulyana, bersama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung pada saat peristiwa kebakaran TPA Sarimukti, tidak akan terjadi kepanikan tentang menggunungnya sampah di Kota Kembang.

“Kenapa sekarang menjadi panik sampah di mana-mana? Berarti program Kang Pisman itu gagal,” cetusnya.

Persoalan sampah di Kota Bandung sudah ada sejak tahun 2005 lalu, ketika TPA Leuwigajah meledak (Tragedi Leuwigajah). Seharusnya, pemerintah menyadari perubahan pola pengelolaan sampah, bukan kembali ortodoks seperti zaman dulu.

BACA JUGA: Rute Penerbangan Pindah ke Kertajati, Kadisbudpar: Gak Masalah

“Pola dahulu kan seperti itu. Ditumpuk, diangkut, lalu dibuang. Nah, makanya dulu sempat ada dalam perundang-undangan mengenai persampahan. Open Dumping. Seperti Sarimukti, itu bisa masuk pidana sebenarnya,” tutur Utun.

Utun juga menjelaskan, seharusnya sampah itu harus bisa semaksimal mungkin beres di hulu, bukan di rumah tangga. Sampah harusnya dapat terselesaikan di skala RW, kelurahan, kecamatan, berdasarkan potensi timbulan sampah dan potensi ruang untuk mengelola sampahnya.

“Maka yang dibuang ke TPA itu tinggal reduksinya atau abunya. Kemudian ada pendekatan jadi magot, jadi kompos, jadi media tanam, dan lain-lain,” pungkasnya. (ped)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan