JABAR EKSPRES – Dalam pernyataan terbarunya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membandingkan serangan milisi Palestina, Hamas, dengan peristiwa bersejarah perang Yom Kippur 1973. Operasi Badai Al-Aqsa dan perang Yom Kippur 1973 terjadi pada momen yang sakral bagi warga Yahudi, menyusul peringatan peringatan sebelumnya mengenai potensi serangan mendadak dari Libya, Suriah, dan Mesir selama lebih dari 50 tahun terakhir, seperti yang dilansir oleh Le Monde.
Namun, pada saat perang Yom Kippur 1973, pemerintah Israel telah menerima banyak peringatan terkait kemungkinan serangan tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh Britannica. Yom Kippur, atau Yom Ha-Kippurim dalam Bahasa Ibrani, adalah hari libur keagamaan Yahudi yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 10 bulan lunar Tishri, jatuh pada bulan September atau Oktober.
Baca Juga: Israel Tiada Henti Memerangi Palestina di Jalur Gaza
Hari raya ini menjadi momen penting bagi masyarakat Yahudi untuk melakukan pertobatan dan menciptakan perdamaian dengan Tuhan, dengan mengampuni dosa orang lain dan bertobat tulus. Menurut sumber-sumber Alkitab, Yom Kippur disebut sebagai Shabbat Shabbaton, di mana masyarakat menghentikan segala pekerjaan mereka untuk mengabdikan diri pada perayaan ini, bahkan jika jatuh pada hari kerja.
40 hari sebelum Yom Kippur, jemaat Yahudi memulai tradisi meniup shofar, terompet khusus, setiap pagi dan membaca Mazmur ayat 27 dalam Alkitab setelah doa pagi dan sore mereka, seperti dilaporkan oleh Parade News.
Baca Juga: Hari Roti Sedunia, Memperingati Kekuatan Simbolik dan Gizi Roti
Saat merayakan Yom Kippur, masyarakat Yahudi menjalani puasa total, menghentikan konsumsi makanan, minuman, dan bahkan hubungan seksual. Masyarakat Yahudi Ortodoks juga mematuhi larangan penggunaan sepatu kulit dan pengurapan diri dengan minyak.
Selama satu hari penuh, jemaat Yahudi fokus pada doa dan meditasi. Kol Nidre, deklarasi pembatalan semua sumpah sepanjang tahun, dibacakan dengan indah selama malam hari.
Tahun ini, Hari Raya Yom Kippur berlangsung dari malam Minggu (24/9) hingga malam Senin (25/9). Perayaan ini berlangsung seperti biasa, tanpa dugaan akan terjadinya serangan dahsyat yang mengakibatkan kehancuran kota dan merenggut nyawa ribuan orang.