JABAR EKSPRES – Berawal dari kegemaran dan perhatian pada sejarah, khususnya sejarah militer Indonesia, Muhammad Ismail Mangkusubroto, M.Hub.Int., dapat menyalurkan kegemarannya.
Kegiatan yang jadi kegemarannya adalah reenactment atau merekaulang tentang suatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu saat masa-masa kemerdekaan Indonesia.
Pria alumni FISIP Universitas Jenderal Achmad Yani dan Universitas Katolik Parahyangan itu menuturkan, awal mula menyukai sejarah pada 2011, saat itu pria yang kerap di sapa Ismail membeli sebuah majalah airsoft Reload Magazine.
Salah satu isi dari majalah tersebut mengangkat tema Perang Kemerdekaan. Saat itu dirinya melihat model dalam majalah tersebut memakai seragam Pejuang Kemerdekaan, Tentara Keamanan Rakyat, dan KNIL Belanda.
Sejak melihat isi majalah serta seragam pejuang yang digunakan oleh sang model, pria yang lebih akrab disapa Ismail itu semakin tertarik terhadap sejarah
Dirinya pun langsung mencari tahu melalui media sosial terkait hal-hal bersejarah termasuk dengan komunitas yang berkaitan.
Kemudian, pada 2013, pada saat sedang berada di Mess Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Ismail dikenalkan oleh Koptu Sugeng dengan seseorang bernama Dion Cahyo atau biasa disapa Kang Dion.
Kebetulan, Kang Dion memiliki rekan penggiat sejarah. Mengetahui Ismail juga tertarik dan senang pada sejarah, Ismail pun dibawa Kang Dion ke Museum Satria Mandala untuk bertemu dengan rekan-rekannya di komunitas penggiat sejarah atau disebut juga reenactor.
Pertama kali ke Satria Mandala, Ismail pun diajak melakukan sesi foto dengan tema kemerdekaan. Kemudian diperkenalkan kepada pada rekan-rekan reenactor tersebut.
Mulai saat itu, Ismail pun mempunyai teman dari komunitas penggiat sejarah. Dan di tahun yang sama, ada komunitas yang baru dibentuk bernama BHC (Bogor Historical Community) yang bermarkas di Citayam, Kabupaten Bogor.
”Saya diajak oleh Kang Dion untuk bergabung pada komunitas BHC. Setelah bergabung, saya mulai banyak berkegiatan mengenai reenactment, mulai dari shooting film pendek, wisata mengunjungi museum, berfoto-foto menggunakan seragam pejuang, dan mengikuti event kesejarahan,” tuturnya.
Untuk acara kesejarahan, Ismail mengaku rutin mengikuti kegiatan Peringatan Serangan Oemoem 1 Maret 1949 yang diselenggarakan oleh komunitas Djokjakarta 1945 dan berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta.