Deskripsi awal menggambarkan penyerang tersebut bertubuh tinggi, berambut hitam, dan membawa tas ransel.
Pihak berwenang telah mengkonfirmasi bahwa ia memiliki satu senjata api, tanpa ada indikasi kaki tangan yang terlibat dalam insiden tersebut.
“Ini tidak dapat dipercaya,” kata GP Rotterdam Matthijs van der Poel, yang dikutip di situs Algemeen Dagblad.
“Semua orang benar-benar terkejut dengan kejadian tersebut dan menyaksikan berita dengan ngeri. Saya khawatir hal-hal seperti itu tidak dapat dicegah,” katanya.
Sayangnya, Rotterdam telah menjadi latar belakang berulang untuk insiden kekerasan, yang sering dikaitkan dengan konflik antara geng narkoba yang bersaing.
BACA JUGA: Utusan Korea Utara Menuduh AS dan Korea Selatan Meningkatkan Ketegangan Menuju Konflik Nuklir
Pada tahun 2019, penembakan di trem di Utrecht mengakibatkan tiga korban jiwa, yang memicu perburuan besar-besaran.
Selain itu, negara ini juga terkejut pada tahun 2011 ketika seorang pria berusia 24 tahun bernama Tristan van der Vlis mengamuk di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai, merenggut nyawa enam orang dan melukai sepuluh orang lainnya.