JABAR EKSPRES – Menyikapi isu perubahan iklim, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), membuka Program Studi (Prodi) Climate Change. Tahun ini menjadi tahun pertama prodi Climate Change dibuka.
Rektor UIII, Prof Komarudin Hidayat menyampaikan bahwa Indonesia, bahkan Asia Tenggara merupakan paru-paru dunia yang memberikan keseimbangan ekologi. Tapi sayangnya, Indonesia malah dicap sebagai negara berpolusi.
Belum lagi tata kelola air, di kawasan Eropa ada sungai di tengah kota itu sebagai suatu keindahan, bahkan dijadikan tempat rekreasi dan nongkrong tapi di Indonesia berbanding terbalik.
BACA JUGA: Jusuf Kalla: UIII Didirikan untuk Generasi Muda Islam
“Itu salah satu bukti tidak peduli lingkungan,” kata Prof Komarudin Hidayat.
Lalu danau-danau yang tadinya bagus malah jadi perumahan. Berapa banyak situ (istilah untuk danau di Jawa Barat) yang rusak.
“Masa Indonesia kurang air, aneh kan Indonesia kurang air,” tukas Prof Komarudin Hidayat.
Apalagi pengelolaan air hujan. Menurutnya, disini hujan malah dibuang Kelaut, padahal hujan itu anugrah, disini hujan malah dianggap malapetaka.
“Itu karena management airnya yang kurang bagus, masa Indonesia Kekurangan air. 70 persen air hujan langsung kelaut, coba itu ditampung disalurkan,” kata Prof Komarudin Hidayat.
Atas pertimbangan tersebut Prodi Climate Change perlu dibuka. Prodi climate change atau jika diartikan dalam Bahasa Indonesia menjadi Prodi Perubahan Iklim resmi dibuka tahun 2023.
Sehingga Prof Komarudin Hidayat menyampaikan bagaimana UIII bisa memberikan kontribusi kepada lautan yang luas, dan hutan yang banyak, untuk memberikan satu model bagaimana cara menjaga dan memelihara ekologi yang baik.
BACA JUGA: Menteri Pendidikan Hapus Skripsi, Pascasarjana UIII: Tesis Masih yang Terbaik
Dia juga mengatakan tenaga pengajar dipilih dari berbagai negara untuk mengajar di Prodi Climate Change.
“Tenaga pengajarnya sudah ada, dari berbagai negara, seperti dari Australia, dari Indonesia juga ada,” tukas Prof Komarudin Hidayat. (Mg10)