Terbelenggu dalam Tubuh Sendiri: Kisah Mohammad Hafidz yang Didiagnosa Lumpuh Otak

Yang semula, hanya mau diurus oleh ayahnya saja. Saat ini Afidz mulai mau diurus oleh Vidya setelah dirasa, ayahnya sering pulang larut sementara Afidz dalam kelaparan.

“Kesini-sini baru mau disuapin aku, awal-awal pulang ke Cirebon lagi ga mau disuapin, dimandiin, kalau bukan sama ayah, tetangga juga ikut bantu mengurus tapi abang ga mau, mungkin karena nunggu ayah pulang malem terus, akhirnya mau disuapin makan sama aku,” ujarnya.

BACA JUGA: Menengok Kampung Cibunut Kota Bandung, Ada Sanksi Sosial dan Administrasi bagi Warga Bandel

Dengan badan yang mengecil, kaki dan tangan menekuk, Afidz juga tidak bisa berbicara, untuk mengucapkan inginnya saja tidak bisa.

“Kalau ngobrol sama abang emang kadang ga paham dia pengennya apa, tapi abang seneng kalau ada yang ngajak ngobrol, walau dijawab aaa ee aa ee,” ucapnya.

Vidya dan Ayah, bergantian menjaga Afidz setiap hari. Pasalnya, Vidya masih bersekolah dan ayah bekerja.

Diceritakannya, Ayah hanya seorang pekerja serabutan dengan bayaran tidak tetap. Bahkan kondisi kakinya yang bengkak karena infeksi menghambat dia untuk bekerja.

“Ayah sakit hari ini istirahat di rumah, sudah diperiksa di Puskesmas katanya kaki ayah infeksi makannya bengkak,” ungkap Vidya.

Saat melanjutkan cerita, Vidya tampak menahan tangis. Sebab kondisi ayah yang kurang sehat ditambah kakinya yang terluka dan membengkak.

“Dulu ayah kalau kerja itu berangkat pagi jam 8 pulang jam 5, tapi sekarang berangkat pagi pulang jam 11 malem,” ucapnya.

Dia dan ayah membagi tugas untuk mengurus Afidz, misalnya untuk makan dan menyuapi susu biasa dilakukan Vidya, sementara ayah bertugas mengganti popok dan memandikan Afidz.

Dalam sehari, Afidz perlu mengganti popok sebanyak 2 kali pagi dan malam hari.

“Karena ga tau kapan abang laper, jadi ada jadwalnya makan pagi, siang, sore, makannya bubur bayi, bubur biasa itu masuk, susu juga masuk, yang ga bisa masuk itu kalau minum air putih pasti dimuntahin,” tuturnya.

Vidya tidak ingin diberi bantuan alat kesehatan, sebab alat kesehatan tidak bisa digunakan oleh kalanya. Dia hanya ingin melihat kakaknya bisa kembali duduk, dan berlarian meski harus menarik tubuhnya dengan tangan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan