JABAR EKSPRES – Dalam sebuah insiden terbaru, sebuah serangan baru-baru ini oleh militan Boko Haram di timur laut Nigeria telah mengakibatkan kematian tragis sedikitnya 10 petani, dan sembilan orang lainnya diculik dalam serangan tersebut.
“Mereka datang berkeliling ke pertanian untuk mencari makanan dan uang tunai. Ketika para petani mengatakan bahwa mereka tidak mampu membayar jumlah yang mereka minta, mereka membunuh 10 orang dari mereka, semuanya laki-laki, dan pergi dengan empat orang,” kata Kalu Bukar, saksi mata, kepada The Punch, Senin, 25 September.
Menurut laporan, para anggota organisasi teroris yang terkenal kejam ini melancarkan serangan yang kurang ajar terhadap para pekerja yang bekerja keras di ladang pertanian di wilayah pemerintah lokal Mafa di negara bagian Borno.
Serangan dahsyat itu terjadi pada Minggu, sebagaimana dirinci dalam sebuah laporan oleh surat kabar terkemuka The Punch.
BACA JUGA: 7O Teroris Al Shabab Tewas dalam Operasi Militer di Somalia
Negara bagian Borno, yang telah lama dilanda militansi, tetap menjadi titik fokus dari perang tanpa henti selama 14 tahun melawan pemberontakan di Nigeria.
Kelompok Islamis, Boko Haram, terus melanjutkan kampanye kekerasannya dengan menargetkan dan membunuh para petani tanpa ampun.
Di luar ancaman Boko Haram, faksi-faksi bersenjata lainnya, yang secara lokal disebut sebagai “bandit”.
Mereka menyebabkan kekacauan di seluruh barat laut Nigeria dalam beberapa tahun terakhir.
BACA JUGA: Polisi Tangkap Ratusan Aktivis Iklim di Belanda, Desak Pemerintah untuk Perangi Kerusakan Iklim
Elemen-elemen kriminal ini telah secara sistematis menculik ribuan orang, meninggalkan jejak kehancuran yang mencakup ratusan korban jiwa.
Akibatnya, perjalanan melalui jalan darat dan kegiatan pertanian menjadi sangat berbahaya di berbagai wilayah.
Gelombang kekerasan yang tak henti-hentinya terjadi di Nigeria, yang dipelopori oleh Boko Haram.
Mereka menimbulkan korban jiwa yang mengejutkan dan membuat lebih dari dua juta orang mengungsi sejak pemberontakan kelompok tersebut dimulai pada 2009.
Pemberontakan ini telah meluas ke negara tetangga, Chad, Niger, dan Kamerun, sehingga mendorong pembentukan koalisi militer regional yang ditugaskan untuk memerangi para militan ekstremis.