Menurut Gus Rozin, yang menjadi solusi yang lebih ideal adalah mengadakan sekolah hanya sampai siang hari, lalu siswa dapat melanjutkan kegiatan belajar keagamaan di Taman Pendidikan Alquran (TPQ) atau madrasah pada sore hari.
“Misalnya, dari jam 06.00 hingga jam 13.00 atau jam 07.00 hingga jam 13.00. Intinya adalah memberikan waktu kepada anak-anak untuk belajar agama di sore hari, serta mempersiapkan karakter mereka di masjid dan TPQ,” ujarnya pada hari Rabu (20/9).
Gus Rozin juga menjelaskan bahwa NU memiliki banyak madrasah dan TPQ yang biasanya digunakan sebagai tempat belajar keagamaan bagi anak-anak. Kegiatan ini sering dilaksanakan pada waktu siang hingga sore, dan memiliki peran penting dalam mempromosikan pemahaman keagamaan yang moderat dan rahmatan lil alamin kepada anak-anak.
Menurut Gus Rozin, kebijakan sekolah lima hari penuh sejak pagi hingga sore justru dapat menguras stamina anak-anak, sehingga mereka mungkin tidak ingin mengikuti kegiatan keagamaan di TPQ. “Anak-anak yang pulang sekolah jam 15.00 WIB tidak mungkin bisa mengikuti TPQ. Mereka sampai di rumah jam 16.00, sudah merasa lelah. Setelah Maghrib, mereka harus mengerjakan PR dan lainnya,” ujar Gus Rozin.