JABAR EKSPRES, BANDUNG – Siapa bilang masalah sampah tidak bisa dituntaskan dari tingkat RW. Buktinya Kampung Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kecamatan Sumur Bandung, bisa menanggulangi permasalahan sampah.
Ya, kampung yang masih dalam satu kecamatan dengan Kantor Walikota itu terbilang sukses dalam mengelola sampah. Bahkan kerap jadi percontohan. Tentunya, kampung itu bisa jadi inspirasi dalam mengatasi darurat sampah yang kini masih menyelimuti Kota Bandung.
Kampung itu lokasinya di samping Jalan Sunda atau sekitar 300 meter ke utara dari Tugu Simpang Lima.
Gerbang masuk kampung itu juga nampak mencolok. Ada gapura dengan cat warna – warni. Dari gapura itu, pengunjung akan langsung disambut turunan namun nampak asri karena kanan – kirinya penuh dengan aneka tanaman.
BACA JUGA : Modal Hanya Lulusan SMK, Yosep Barkah Ibrahim Berprinsip Ilmu untuk Selesaikan Masalah
Kampung yang terdiri sekitar 300 rumah dengan dihuni 560 Kepala Keluarga itu termasuk padat penduduk. Akses masukya juga jalan sempityang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Jika berkendara tetap perlu menjaga sopan santun, karena banyak warga yang duduk – duduk di gang tersebut.
Namun uniknya, kampung itu mampu menciptakan lingkungan yang bersih, asri dan bebas sampah. Ada beberapa fasilitas penjaga kebersihan dan keasrian yang dibangun di kampung itu.
Pertama adalah boks transparan dari kawat yang diperuntukkan membuang botol – botol bekas minuman. Kemudian ada wadah khusus yang diperuntukkan membuang puntung rokok.
“Itu kami tempatkan di sudut – sudut yang biasa jadi tempat nongkrong,” kata Herman, Ketua RW kampung yang dihuni sekitar 1.900 jiwa itu.
BACA JUGA : Warga Cibaduyut Ciptakan Incinerator Ramah Lingkungan
Berikutnya, meski gang sempit namun jalan di kampung tersebut telah dilengkapi lubang – lubang biopori. Sehingga mampu mempercepat penyerapan air ketika hujan.
Yang tak kalah keren, kampung itu juga telah memiliki bank sampah. Lokasinya ada di RT5.
Bank sampah itu jadi pusat inovasi dalam pengelolaan sampah di kampung tersebut. Mulai dari sampah organik, anorganik, hingga residu.
Berkat semangat dan kepedulian tinggi, warga dikampung itu juga sudah kompak untuk memilah sampah yang dihasilkan rumah tangganya. Untuk sampah organik, warga akan mengumpulkan di rumah masing – masing yang kemudian akan diambil secara rutin oleh petugas Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).