Menkes Imbau Puskesmas Lakukan Pemeriksaan Rutin Kualitas Udara

JABAR EKSPRES – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menginstruksikan ke semua Puskesmas yang berada di wilayah DKI Jakarta untuk teratur mengecek kualitas udara dengan menggunakan alat sanitari kit untuk memperkuat surveilans data berkaitan dengan polusi udara.

“Mulai pekan depan saya minat diukur setiap pekan. Dengan itu, laporannya kita tahu di semua Puskesmas di DKI Jakarta mana yang polusi udaranya tinggi,” ucap Budi, Minggu (27/8).

Jika hasil pengukuran tersebut memperlihatkan hasil angka yang tinggi, petugas Puskesmas mesti mengirimkan sampel ke laboratorium kesehatan supaya diperiksa sumber polusi udara.

Dengan surveilans itu, maka pemerintah pusat dapat mengajukan usulan kepada pemerintah daerah untuk dapat menangani sektor-sektor yang menghasilkan emisi besar di Jakarta.

Menkes mengatakan ada tiga faktor utama yang menyebabkan polusi udara, yaitu industri-industri yang menggunakan batu bara atau bahan bakar karbon lainnya, pembangkit listrik tenaga uap yang memakai bahan bakar batu bara, dan transportasi.

Baca Juga: Cegah Penuaan Dini Akibat Polusi Udara, Simak 9 Tips untuk Kulit Sehat dan Awet Muda

“Dengan demikian, kami bisa mengusulkan misalnya untuk daerah Jakarta Selatan dibereskan mobil, Jakarta Barat karena banyak pabrik dari Tangerang itu yang mesti dibereskan,” katanya.

Berlandaskan data dari Kemenkes, partikel polusi PM2,5 dapat mengakibatkan beragam penyakit pernapasan yang bisa mempengaruhi kesehatan manusia.

Ada lima besar penyakit pernapasan, yaitu tuberkulosis, radang paru-paru, penyakit paru obstruksi kronik, infeksi saluran pernafasan, dan asma.

Di tahun 2022, BPJS Kesehatan mengklaim biaya pengobatan sebesar Rp10 triliun untuk mengobati 5 penyakit pernapasan tersebut.

Menkes Budi menghimbau bagi mereka yang beraktivitas di luar rumah untuk memakai masker guna mencegah PM2.5 masuk ke paru-paru, mengingat banyaknya orang yang terkena penyakit tersebut saat, sekarang mencapai 200.000 orang/bulan, lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya 50.000 orang/bulan.

“Kalau sudah kena (penyakit paru-paru) harus ke dokter. Langkah paling penting mencegah, kalau bisa lebih banyak orang pakai kendaraan umum,” pungkasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan