JABAR EKSPRES – Amerika Serikat dengan tegas menuduh Tiongkok dan Rusia melakukan penghalangan terhadap upaya Dewan Keamanan PBB dalam merumuskan tanggapan terpadu terhadap serangkaian peluncuran rudal yang dilakukan oleh Korea Utara.
Langkah ini termasuk uji coba terbaru Pyongyang untuk menempatkan satelit di luar angkasa, meskipun banyak pihak menganggap satelit tersebut memiliki tujuan sebagai alat mata-mata.
Dalam suatu pertemuan darurat yang diadakan oleh Dewan Keamanan PBB, 13 dari total 15 anggota, yang meliputi hampir seluruh anggota dewan, dengan tegas mengutuk tindakan Pyongyang dalam melakukan uji coba peluncuran rudal balistik.
Hanya Moskow dan Beijing yang memilih untuk tidak ikut serta dalam pengutukan ini.
BACA JUGA: Intelijen Amerika Serikat Sebut Pesawat Bos Wagner Prigozhin Sengaja Dijatuhkan
Mereka menjadi sorotan utama dalam pertemuan tersebut karena dinilai menghambat usaha bersama dalam menanggapi ancaman yang semakin meningkat dari Korea Utara.
Uji coba peluncuran kedua yang dilakukan oleh Pyongyang dalam rentang waktu tiga bulan terakhir menunjukkan peningkatan kemampuan teknologi rudal balistik mereka.
Meskipun demikian, langkah ini mendapat kecaman luas dari komunitas internasional yang semakin khawatir dengan potensi ancaman dari rezim yang dikenal dengan tindakan provokatifnya.
Tindakan Tiongkok dan Rusia untuk tidak ikut serta dalam pengutukan ini mengundang kritik tajam dari berbagai pihak.
Beberapa negara anggota Dewan Keamanan PBB bahkan menyatakan keprihatinan bahwa sikap dua negara tersebut dapat merongrong upaya kolektif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas global.
BACA JUGA: Amerika Serikat Berada di Ambang Perang dengan Cina dan Rusia, Kata Mantan Menlu AS
“Ini seharusnya menjadi isu yang mempersatukan kita. … Namun sejak awal tahun 2022, Dewan ini telah gagal memenuhi komitmennya karena hambatan dari Tiongkok dan Rusia,” kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield.
“Ancaman nuklir DPRK semakin meningkat, dan Rusia serta Tiongkok tidak memenuhi tanggung jawab mereka untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional,” tambahnya, menggunakan inisial Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi Korea Utara, dikutip oleh JabarEkspres.com dari TRT World.