Provokasi Sayap Kanan Denmark Kembali Terjadi: Al Quran Dibakar di Depan Kedubes R

JABAR EKSPRES – Kelompok sayap kanan Denmark yang dikenal sebagai Danske Patrioter (Patriot Denmark) telah kembali melakukan tindakan provokatif dengan membakar salinan Al Quran di depan sejumlah Kedutaan Besar negara mayoritas Muslim. Pada pekan lalu, aksi tersebut terjadi di Copenhagen dan menargetkan sejumlah negara, termasuk Indonesia, Pakistan, Aljazair, Maroko, dan sebuah masjid.

Aksi tersebut dilancarkan oleh anggota Danske Patrioter pada Jumat (12/8) yang lalu. Dalam aksinya, mereka membakar kitab suci umat Islam di depan Kedubes Pakistan, Indonesia, Aljazair, Maroko, dan masjid setempat. Tidak hanya itu, para pelaku juga meneriakkan slogan-slogan anti-Islam yang meresahkan.

Baca Juga: Kelompok Ultranasionalis Denmark Danske Patrioter Bakar Al-Qur’an

Perlakuan kontroversial ini pun berlangsung di bawah pengawasan polisi, seperti yang diinformasikan oleh Anadolu Agency. Menanggapi peristiwa pembakaran Al Quran ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah, telah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memanggil perwakilan Denmark di Jakarta.

Faizasyah menegaskan, “Kementerian Luar Negeri telah mengutuk tindakan provokatif ini dan memanggil perwakilan Denmark di Jakarta sebagai bentuk protes atas insiden ini.”

Langkah serupa juga diambil oleh KBRI di Copenhagen, dimana Faizasyah menjelaskan bahwa “Kedubes RI di Denmark juga telah menyampaikan protes yang kuat terkait aksi ini.”

Baca Juga: Jembatan Krimea Kembali Menjadi Sasaran Serangan Ukraina, Pasokan Logistik Pasukan Rusia Terputus

Perlu dicatat bahwa ini bukan kali pertama Danske Patrioter terlibat dalam aksi pembakaran Al Quran. Pada akhir Juli sebelumnya, kelompok ini telah melakukan tindakan serupa di depan Kedubes Irak di Copenhagen. Aksi tersebut menuai kecaman dari pemerintah Irak yang mempertanyakan batas kebebasan berekspresi yang dijunjung tinggi oleh Denmark.

Belakangan ini, serangkaian aksi pembakaran Al Quran juga terjadi di Denmark dan Swedia. Pemerintah Swedia mengklaim bahwa aktivitas ini berada di bawah pengawasan ketat polisi, namun banyak pihak termasuk komunitas dan organisasi internasional menekankan perlunya sikap tegas dari kedua negara ini terhadap pelaku aksi provokatif ini, guna mencegah kejadian serupa terulang di masa depan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan