Jembatan Krimea Kembali Menjadi Sasaran Serangan Ukraina, Pasokan Logistik Pasukan Rusia Terputus

JABAR EKSPRES – Krisis antara Ukraina dan Rusia kembali memanas seiring dengan serangan terbaru yang dilancarkan oleh Ukraina.

Jembatan Krimea, sebuah infrastruktur vital yang menghubungkan semenanjung Krimea dengan daratan Rusia, telah menjadi sasaran serangan yang mengakibatkan dampak signifikan terhadap pasokan logistik pasukan Rusia di wilayah tersebut.

Serangan terjadi pada Sabtu, 12 Agustus lalu, dengan Ukraina menggunakan teknologi drone untuk melancarkan serangan terhadap Jembatan Krimea.

Meskipun serangan ini tidak menyebabkan kerusakan yang parah pada jembatan itu sendiri, namun berhasil memutuskan jalur logistik yang sangat penting bagi pasukan Rusia di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Rudal Rusia Hantam Zaporizhzhia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy: Kota Ini Menderita Setiap Hari

Kementerian Luar Negeri Rusia dengan tegas merespons serangan ini dan berjanji untuk mengambil langkah balasan atas tindakan yang mereka sebut sebagai tindakan provokatif.

Dalam pandangan Kementerian Luar Negeri Rusia, serangan terhadap Jembatan Krimea dianggap sebagai serangan teroris yang dilakukan oleh pihak Ukraina.

Penting untuk dicatat bahwa ini bukanlah kali pertama Jembatan Krimea menjadi target serangan.

Pada masa lalu, infrastruktur tersebut pernah mengalami serangan roket S-200 yang mengenainya, menghubungkan Krimea ke Rusia melalui Selat Kerch dengan panjang jembatan mencapai 19 km.

BACA JUGA: Rusia Diserang Lagi, 2 Drone Ukraina Berhasil Ditepis dari Moskow

“Rudal Ukraina terdeteksi tepat waktu dan dicegat oleh sistem pertahanan udara Rusia. Tidak ada kerusakan atau korban yang dilaporkan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia, dikutip dari Disway.id.

Maria Zakharova, yang menjabat sebagai Juru Bicara resmi Kementerian Luar Negeri Rusia, dengan tegas mengutuk serangan terbaru yang terjadi di Jembatan Krimea.

Dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada hari ini, Zakharova menyampaikan keprihatinan mendalam atas tindakan tersebut yang dinilai membahayakan nyawa warga sipil yang tidak berdosa dan merusak infrastruktur penting.

Maria Zakharova mengungkapkan bahwa tindakan semacam ini tidak hanya merugikan keamanan jembatan itu sendiri, tetapi juga mengancam nyawa warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik ini.

“Tidak ada pembenaran untuk tindakan biadab seperti itu dan itu tidak akan dibiarkan tanpa jawaban,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan