JABAR EKSPRES – Kisah mengejutkan datang dari negara bagian Manipur, India, di mana sekelompok perempuan dengan penuh semangat menggeruduk rumah tersangka utama kasus pelecehan seksual. Pada Mei lalu, tersangka yang kejam ini tidak segan-segan memerkosa dan mengarak dua orang korban yang tak berdaya.
Melansir dari berbagai sumber tak butuh waktu lama setelah Perdana Menteri India, Narendra Modi, angkat bicara mengenai kasus ini, pelaku utama yang diidentifikasi sebagai Khuirem Herodas dari etnis Meitei, berhasil ditangkap pada hari Kamis (20/7). Polisi juga berhasil menangkap tiga pelaku lainnya, namun masih ada 30 orang lagi yang diduga terlibat kekerasan ini dan sedang diburu oleh pihak berwenang.
Seorang petugas polisi senior di negara bagian Imphal, bernama Hemant Pandey, menceritakan, “Para wanita ini melempar batu dan membakar beberapa bagian dari rumah tersangka utama di desa.” Tindakan berani mereka merupakan aksi protes atas kasus pelecehan seksual yang mengerikan ini.
“Kami mengimbau kepada para wanita untuk melakukan aksi protes secara damai, namun kami memahami betul kemarahan yang mereka rasakan,” tambah Hemant.
Baca Juga: Dua Perempuan di Manipur India Alami Pelecehan Mengerikan, Hingga Dirudapaksa Ramai-ramai
Menurut keterangan polisi setempat, pelaku diduga telah menyeret dua orang perempuan ke jalan kemudian menghasut massa untuk memperkosa dan mengarak mereka tanpa ampun dan dalam keadaan telanjang.
Kasus kekerasan seksual ini sebenarnya telah terjadi dua bulan yang lalu, namun baru mencuri perhatian nasional setelah video singkatnya menjadi viral di media sosial. Ini menunjukkan betapa pentingnya mendukung perjuangan melawan kekerasan dan pelecehan seksual serta memberi perhatian pada korban-korban yang membutuhkan perlindungan dan keadilan.
Situasi ini lebih rumit karena kasus ini terjadi di tengah-tengah bentrokan etnis antara komunitas Meitei mayoritas Hindu dan komunitas Kuki-Zo mayoritas Kristen. Bentrokan etnis dipicu oleh perintah pengadilan yang menuntut pemerintah setempat mempertimbangkan pemberian manfaat khusus kepada etnis Kuki-Zo, yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan mayoritas penduduk Meitei.