Potret Pendidikan di Pelosok Bandung Barat, Bangunan Tanpa Dinding, Siswa Belajar Seadanya

JABAR EKSPRES – Kampung Pangheotan, Desa Mandalamukti, merupakan kampung pedalaman Kabupaten Bandung Barat (KBB). Di kampung itu hanya terdapat satu Sekolah Dasar (SD) yang baru saja memulai ajaran baru. Siswa di sekolah itu belajar dengan kondisi seadanya.

Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian pemekaran dari Kabupaten Bandung, dunia pendidikan di KBB perlahan mulai berkembang, meski belum merata.

Selain itu, letak antar kampung di wilayah ini berjauhan, apalagi untuk mengeyam pendidikan yang baik. Butuh waktu cukup untuk berpindah dari satu kampung ke kampung lainnya.

Seperti yang terlihat di Kampung Pangheotan, Desa Mandalamukti. Fasilitas pendidikan di kampung itu masih minim. Hanya terdapat satu Sekolah Dasar (SD) IT Permata.

Sekolah itu baru buka kembali pada tahun ajaran 2023-2024, setelah Yayasan Fabilillah selesai membangun ruang belajar dengan seadanya.

Kondisi sekolah dasar IT Permata saat ini hanya memiliki 4 ruang kelas tanpa ruang kantor. 4 ruang kelas itu digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) kelas 2, 3, 4, dan 6.

Akses sulit

Abdul Somad (45), Ketua Yayasan Fabilillah di SD IT Permata mengaku senang meski harus membangun sekolah di pelosok. Menurutnya, siswa di sekolah itu memiliki minat belajar yang tinggi.

Akses menjadi kendala anak-anak Kampung Pangheotan mendapat pendidikan. Karena itu, keberadaan sekolah diharapkan bisa membantu. Sebab, untuk menuju SD Girimukti harus menempuh perjalanan 4 kilometer.

Sehingga, keluarganya membulatkan niat membangun sebuah lembaga pendidikan pada tahun 2013.

“Kelas 5 belajar di bangunan setengah jadi. Sementara kelas 1 muridnya cuma 14 jadi belajarnya di dalam rumah saya, di ruang tengah,” terang Ketua Yayasan Fabilillah, Abdul Somad (45) saat ditemui, Sabtu (22/7/2023).

“Bayangkan saja sebelum ada sekolah ini, masyarakat harus berjalan kaki paling dekat 2 kilometer untuk bisa sampai ke SD Negeri Girimukti atau 4 kilometer ke SD Negeri Pangheotan 1. Dulu bocah-bocah SD di sini berangkat jam 5 subuh jalan kaki biar gak terlambat,” sambungnya.

Akan tetapi SD IT Permata tak seperti ruang kelas di sekolah negeri yang nyaman dengan segudang bantuan pemerintah, ruang kelas 5 di SD tersebut bertempat di bangunan tanpa dinding tembok yang layak. Alhasil, siswa seakan belajar di alam terbuka di mana lalu-lalang masyarakat bisa mengganggu kegiatan belajar mereka.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan