Potret Pendidikan di Pelosok Bandung Barat, Bangunan Tanpa Dinding, Siswa Belajar Seadanya

Demi kenyamanan, Abdul menggunakan papan bekas cor dan spanduk bekas pileg untuk menutupi bangunan. Sementara satu dinding dibiarkan terbuka dengan hanya dibatasi pagar penghalang yang terbuat dari bilah bambu.

“Ini papan bekas ngecor ruang kelas dipakai sebagai penutup bangunan. Sama spanduk bekas ini saya dapat dari mana-mana,” ujar Abdul.

Sementara kelas 1 terpaksa belajar di ruang tengah sebuah rumah yang berada tak jauh dari sekolah tersebut. Murid-murid kelas 1 ini belajar dengan lesehan dan dengan sarana meja seadanya.

“Kantornya gak ada. Kalau rapat-rapat guru paling di rumah saya. Lagian gurunya juga cuma 6 orang. Jadi memang pas banget. Kalau salah satu sakit, ya terpaksa saya yang ngajar menggantikan,” paparnya.

Sekolah Belum Tersentuh Bantuan Pemerintah Daerah

Pemkab Bandung Barat seakan tutup mata atas ketimpangan sarana dan fasilitas sekolah swasta. Sekolah negeri seakan memiliki “kemewahan” sendiri dengan mudahnya akses pengadaan ruang kelas maupun sarana dan prasarana.

Jauh berbeda dengan SD IT Permata yang didirikan menggunakan biaya tabungan keluarga. Dari tabungan keluarga itu terbangunlah 2 ruang kelas. Kemudian berkembang atas uluran bantuan dari APBD Pemprov Jabar untuk dibangun 2 ruang kelas baru atas dorongan anggota DPRD Jabar asal Indramayu.

“Untuk bangku sama meja belajar bikin sendiri. Yang bikin semuanya ayah saya. Selebihnya ada sumbangan swadaya dari masyarakat untuk melengkapi sarana,” tuturnya.

Abdul berani bilang sekolah di bawah pengelolaannya itu belum pernah mendapatkan bantuan sepeserpun dari Pemkab Bandung Barat. Jangankan bangku dan meja belajar, ruang kelas pun tak punya.

“Harapannya ada dua ruang kelas baru biar siswa bisa belajar dengan tempat yang layak biar bisa fokus belajar di sini,” harapnya.

Berharap ruang belajar nyaman

Muhammad Hibban Mutakin (11) bocah kelas 5 SD itu mengaku memilih sekolah di SD tersebut lantaran lokasinya dekat dari rumahnya.

“Saya sekarang kelas 5. Milih sekolah di sini karena dekat dari rumah,” ucap Mutakin saat ditemui di sela istirahat sekolah.

Namun kegiatan belajar di lokasi ruang kelas yang menghadap langsung ke ruas jalan kerap kali terganggu oleh bising lalulintas kendaraan. Tak jarang kendaraan trail melintas dengan bising knalpot 2 tak membuat jeda pembelajaran.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan