Rupiah Diperidiksi Menguat dari Dolar Amerika Serikat

JABAR EKSPRES – Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah masih dapat menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini di tengah spekulasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan segera mengakhiri rencana kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi di Amerika Serikat.

Pada awal perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta (kurs) bergerak menguat 0,08% (12 poin) dari posisi sebelumnya Rp14.997 per dolar AS menjadi Rp14.985 per dolar AS.

BACA JUGA : Kampanye Cinta Rupiah, Edukasi Anti Uang Palsu di Papua Barat!

“Kemungkinan kenaikan menuju support di kisaran 14.930-14.900 rupiah per dolar AS hari ini, dengan potensi resisten di kisaran 15.000 rupiah per dolar AS,” katanya mengutip dari Antara pada Kamis (20/7)

Saat ini, posisi suku bunga the Fed berada di kisaran 5,00% sampai 5,25%, menurut Ariston Tjendra.

“Jika (suku bunga kebijakan) naik 25 basis poin di bulan Juli tahun ini, maka akan menjadi 5,25% sampai 5,50%,” katanya.

BACA JUGA : Perluas Peluang Sektor Properti, BTN Buka Kantor Cabang Pembantu di Soreang

Dengan berlanjutnya tren penurunan data inflasi AS yang mendekati zona target 2% dan kemungkinan beberapa data ekonomi AS yang lemah (menurut survei CME FedWatch Tool) dapat memicu inflasi, peluang Federal Reserve AS (Fed) untuk mempertahankan suku bunga hingga akhir tahun telah meningkat 50%.

Sementara itu, dari dalam negeri, rupiah masih ditopang oleh surplus neraca perdagangan Juni 2023 yang lebih baik dari perkiraan.

“Neraca perdagangan sekarang mengalami surplus $3,46 miliar bulan ini, dibandingkan dengan ekspektasi surplus $1,35 miliar,” kata Ariston.

 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan