Hadapi Musim Kemarau, Ancaman Kekeringan Hantui Warga Desa

Kendati demikian, terkait musim kemarau ini, BMKG tetap mengimbau kepada institusi terkait serta seluruh masyarakat, untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau.

“Oleh karena pada tahun ini musim kemarau diprediksi bersifat bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya,” kata Rahayu atau akrab disapa Ayu, kepada Jabar Ekspres melalui seluler.

Diketahui, selain ancaman musim kemarau, wilayah Bandung Raya pun diprediksi BMKG akan menghadapi badai El Nino.

BACA JUGA: Ratusan Pengembang Perumahan di KBB Belum Serahkan Fasos Fasum ke Pemda

Berdasarkan pengamatan di wilayah Samudera Pasifik area Nino 3,4, BMKG serta beberapa badan meteorologi dunia memprediksi, potensi lebih dari 60 persen terjadi badai El Nino.

Sebagai informasi, El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan SML tersebut, meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

“Menyikapi adanya peluang El Nino di Semester II, tahun 2023, maka diperlukan beberapa langkah aksi dan antisipsi dini untuk mengurangi dampaknya,” ucap Ayu.

Dia menjelaskan, potensi kekeringan yang terjadi pada sebagian wilayah Indonesia, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi risiko bencana.

“Seperti kekeringan, kekurangan air bersih dan gagal panen yang bisa memicu terganggunya ketahanan pangan,” jelas Ayu.

Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau kepada Pemerintah Daerah (Pemda) termasuk Provinsi Jawa Barat serta masyarakat untuk dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air.

Ayu menilai, pada akhir musim hujan atau fase pancaroba ini, setiap lapisan elemen masyatakat terutama pemerintah untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya.

“Melalui gerakan memanen air hujan atau melakukan manajemen air bersih, sehingga pada puncak musim kemarau, masyarakat bisa lebih siap menghadapi bencana hidrometeorologis yang mungkin terjadi,” katanya.

“Yang terpenting, masyarakat tidak perlu panik dengan isu El Nino, namun tetap mengikuti perkembangan informasi iklim dari BMKG,” pungkas Ayu. (Bas)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan