Sering Sakit Punggung? Awas Bahaya Syaraf Kejepit, Begini Penanganannya

JABARESKPRES – Istilah syaraf kejepit seringkali diungkapkan masyarakat dengan gejala sakit punggung.

Dalam acara edukasi kesehatan yang di gelar oleh rumah sakit Premier Bintaro dr. Omar Luthfi, Sp.OT (K) Spine mengatakan, ada tiga penyebab jika terjadi nyeri punggung.

Nyeri punggung dapat disebabkan oleh postur bekerja, trauma langsung atau disebakan proses penuaan.

Menurutnya jika terjadi gejala syaraf kejepit biasanya akan mengalami nyeri punggung yang menjalar hingga tungkai bawah.

Pada beberaapa kasus terjadi juga seperti kesemutan dan mati rasa pada gerak tungkai.

‘’Gangguan rangsang BAB dan BAK juga bisa saja terjedi pada penderita yang mengalami syaraf kejepit,’’ kata dia.

Dr Omar mengatakan, untuk seputar keluhan tulang belakang yang sering ditemui di antara HNP, Lumbal Stenosis, Pergeseran Tulang Belakang (Spondylolisthesis), maupun Osteoporosis Tulang Belakang.

Untuk itu agar tulang tetap sehat dan terjaga salah satu cara terbaik adalah dengan menjaga postur tubuh ketika duduk, bekerja dengan mengangkat beban berat dan berdiri.

Selain itu, untuk nutrissi harus dipenuhi juga kebutuhan kalsium dan vitamin D.

Dan yang paling penting adalah melakukan pola hidup sehat dan rajin berolahraga.

Nyeri punggung juga bisa dikurangi rasa sakitnya dengan meminum obat analgetik ringan.

‘’Hindari rokok dan alkohol, dan makanan-makanan yang kurang menyehatkan,” cetus dia.

Untuk itu, jika sakit punggung ini terus berlanjut dalam waktu lama, dr Omar menyarankan aga segera memeriksakan diri ke dokter ahli.

“Nyeri tidak membaik dalam 1-2 minggu, sebaiknya periksakan ke dokter,’’ dr. Omar.

Dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan radiologi seperti Rontgen, CT Scan, maupun MRI.

Untuk prosen penyembuhan biasanya langkah awal dapat dilakukan Rehabilitasi Medik.

Akan tetapi, apabila nyeri menetap lebih dari 6 minggu dengan dibarengi tkelemahan anggota gerak bisanya terdapat instabilitas atau gangguan bentuk tulang belakang.

‘’Ini akan berpotensi menyebabkan kelumpuhan,’’cetus dia.

Jika ini terjadi maka pasien akan disarankan untuk terapi operatif yaitu dengan atau tanpa pemasangan implan.

‘’Ini juga akan dilakukan operasi terbuka, minimal invasif, maupun endoskopik,’’ ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan