JABAR EKSPRES – Gereja Protestan di Jerman, selain Gereja Katolik, sedang menghadapi tantangan serius dalam menjaga jemaatnya. Dulunya, Umat Protestan pernah menjadi mayoritas di Jerman, tapi sekarang, menurut Evangelische Kirche in Deutschland (EKD), jumlah umat Protestan hanya 19,1 juta atau sekitar 22,7 persen dari total penduduk negara di Eropa Barat tersebut.
Ini adalah angka terendah dalam sejarah mereka, dengan setengah juta anggota Protestan hilang pada tahun 2022, seperti yang dilaporkan oleh EKD dan dikutip oleh media Katolik Prancis, La Croix.
Dari jumlah itu, sekitar 365 ribu jemaat Protestan meninggal dunia pada tahun 2022, sedangkan 380 ribu jemaat Protestan memilih keluar dari agama secara sukarela.
Baca Juga:PLN Resmi Buka Lowongan Kerja 2023 bagi Diaspora, Peluang Emas bagi Kaum Freshgraduated!Update Terbaru! Daftar Jadwal Kepulangan Jemaah Haji Indonesia 2023 Sudah Diumumkan
Angka jemaat Protestan yang keluar ini naik 35,7 persen dari tahun sebelumnya. Di sisi lain, gereja Protestan hanya menerima 165 ribu anggota baru melalui pembaptisan sepanjang tahun 2022.
Menurut Pew Research Center, pada tahun 1950-an, umat Protestan mencakup mayoritas, yaitu 59 persen dari populasi Jerman, sedangkan umat Katolik menjadi minoritas terbesar dengan 37 persen.
Namun, dalam 60 tahun berikutnya, umat Protestan di Jerman mengalami penurunan sebesar 30 poin persentase, sementara umat Katolik mengalami penurunan sebesar 7 poin.
Saat ini, umat Protestan di Jerman jumlahnya lebih sedikit dari satu per tiga populasi Jerman, menurut laporan Pew Research Center.
Selain perpindahan agama dan peningkatan jumlah orang yang tidak beragama atau agnostik, krisis jemaat gereja Katolik dan Protestan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah serangkaian skandal yang mengguncang gereja-gereja di Jerman. Skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak di lingkungan gereja pernah menghebohkan negara ini.
