Mereka ditangkap oleh pedagang Belanda atau disediakan oleh negara-negara Afrika yang bersekutu dengan Belanda.
BACA JUGA: Dunia Muslim Mengutuk Aksi Pembakaran Al-Qur’an yang Diizinkan oleh Pemerintah Swedia
Orang-orang Afrika yang ditangkap ini kemudian diperbudak, diperdagangkan, dan diangkut dalam kondisi yang mengerikan ke koloni-koloni Belanda.
Perbudakan Belanda terutama terfokus pada eksploitasi sumber daya manusia untuk kepentingan ekonomi.
Para budak dipaksa bekerja di perkebunan tebu, kopi, kakao, dan tembakau, serta di tambang-tambang.
Mereka juga digunakan sebagai tenaga kerja rumah tangga dan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Pada abad ke-18, gerakan anti-perbudakan mulai muncul di Belanda. Pengaruh dari pencerahan dan gerakan pembebasan budak di Amerika Serikat dan Haiti berpengaruh dalam mendorong perlawanan terhadap perbudakan di Belanda.
Pada tahun 1814, Belanda melarang perdagangan budak, dan pada tahun 1863, perbudakan sepenuhnya dihapuskan di koloni-koloninya.
Meskipun perbudakan telah dihapuskan, dampak perbudakan tersebut masih terasa hingga saat ini.
Budaya dan masyarakat di wilayah-wilayah bekas koloni Belanda terbentuk dari sejarah perbudakan dan kolonialisme.
Upaya dilakukan untuk mengakui dan memahami sejarah ini, serta untuk mempromosikan toleransi, kesetaraan, dan penghormatan hak asasi manusia di seluruh masyarakat.