JABAR EKSPRES – Masyarakat di Sitingkai Palupuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat memiliki tradisi unik dalam pembagian daging kurban yang dikenal dengan sebutan Manampuang atau menampung dengan tangan.
Salah seorang warga setempat bernama Heru Nofriandi menjelaskan bahwa dalam tradisi ini, warga tidak dibatasi atau diberikan kupon. Mereka datang langsung ke tempat pemotongan hewan kurban dan menampung daging dengan tangan, kantong, atau bahkan daun.
Tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi di Sitingkai. Meskipun tidak diketahui secara pasti kapan tradisi ini pertama kali dilakukan, orang tua di kampung ini melanjutkannya tanpa henti.
Manampuang, yang artinya “menampung” dalam Bahasa Indonesia, dilakukan dengan membagikan daging ke dalam kantong plastik atau daun yang telah disiapkan untuk setiap warga. Yang unik adalah penerima daging kurban bukan ditentukan berdasarkan kepala keluarga, tetapi dihitung berdasarkan jumlah anggota keluarga di satu rumah.
Misalnya, jika ada lima orang penghuni di satu rumah, maka lima jiwa tersebut berhak menerima daging kurban.
Kegiatan ini dimulai dengan gotong royong pemotongan hewan kurban yang disepakati dilakukan pada hari Kamis. Setelah hewan kurban dipotong dan siap untuk dibagikan, warga berbaris rapi di sisi jalan menunggu giliran mendapatkan daging.
Antrian panjang membentang hingga ratusan meter, dengan ratusan warga yang menanti daging kurban. Pemandangan ini terlihat indah dan menggugah selera, menjadi pusat perhatian.
Beberapa pria bertugas sebagai panitia mengambil daging dan meletakkannya di gerobak sambil mengisi kantong plastik warga.
Salah satu panitia bernama Rizal mengungkapkan bahwa mereka tetap mempertahankan tradisi ini karena dianggap sebagai cara pembagian daging yang adil dan merata.
Dia juga menyatakan bahwa tradisi ini berpotensi menjadi ikon wisata religi di daerah tersebut. Setiap tahun, terdapat lima ekor sapi yang disembelih dan dagingnya dibagikan kepada ratusan penerima.