JABAR EKSPRES- Maraknya fenomena joki tugas membuat para peserta didik bisa mendapatkan nilai bagus tanpa perlu repot-repot belajar.
Padahal, sistem pendidikan dirancang untuk membiasakan. peserta didik belajar secara mandiri, maupun berkelompok dan bisa mengimplementasikan apa yang dipelajari di kemudian hari.
Ironisnya, akhir-akhir ini, bisnis perjokian justru semakin marak dengan adanya media sosial sebagai wadah pemasarannya. Bahkan, bisnis ini menjadi bisnis dengan keuntungan yang menjanjikan.
Perjokian menjadi pilihan mahasiswa yang ingin mendapat nilai bagus secara instan tanpa perlu berpikir.
Salah satu orang yang membuka biro jasa joki tugas mengaku memperoleh pendapatan hingga di atas Rp6 juta per bulan.
la bisa mendapatkan 2 orderan per hari dengan intensitas pelanggan yang bertanya mencapai 30 orang lebih setiap harinya.
Menurut joki tersebut, pelanggannya mayoritas berasal dari mahasiswa universitas swasta yang kebanyakan kuliah sambil bekerja sebagai seorang karyawan.
Karena tidak memiliki banyak waktu untuk mengerjakan tugas lantaran banyak aktivitas, mahasiswa yang sekaligus karyawan ini memilih menggunakan jasa joki.
Selain itu, pemicu lahirnya joki adalah ketika seorang peserta didik memiliki pengetahuan dan kemampuan yang mapan dari segi keilmuan, tapi minim dalam hal metodologi penulisan karya ilmiah..
Ini dapat dilihat dari produktivitas karya berupa hasil penelitian yang dipublikasikan di kalangan peserta didik di setiap perguruan tinggi yang terbilang masih rendah.