Utang Proyek Rp4,6 Triliun Sirkuit Mandalika, WSBK Terancam Dicoret

JABAR EKSPRES – Penanggung jawab Sirkuit Mandalika, Direktur Utama InJourney Dony Oskaria mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki utang sebanyak Rp4,6 triliun atas proyek pembangunan sirkuit tersebut.

Dony juga menyatakan bahwa sekarang, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) telah mengajukan penyertaan modal negara (PMN), untuk menyelesaikan permasalahan utang Sirkuit Mandalika.

Utang dari proyek pembangunan Sirkuit Mandalika terbagi ke dalam dua kondisi, yakni utang jangka pendek sejumlah Rp1,2 triliun dan utang jangka panjang sejumlah Rp3,4 triliun. Pihak InJourney pun mengaku kesulitan untuk membayarkan utang yang totalnya mencapai Rp4,6 triliun tersebut.

“Terus terang, saya tidak bisa selesaikan kewajiban jangka pendek ini. Di antaranya, untuk bayar pembangunan Grand Stand, VIP Village, dan kebutuhan mdal kerja untuk penyelenggaraan event,” kata Doni saat RDP dengan komisi VI DPR RI, Rabu (14/6) kemarin, dikutip melalui kanal YouTube Komisi VI DPR RI oleh Jabarekspres.com, Kamis (15/6)

Menurut Direktur Utama InJourney, keberadaan PMN merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan kewajiban membayar utang jangka pendek tersebut. Untuk utang jangka panjang, pihak InJourney sendiri akan mencari cara untuk melunasinya.

InJourney pun berencana untuk menghapus event World Superbike (WSBK) dari Sirkuit Mandalika. WSBK dinilai telah menyebabkan kerugian hingga Rp100 miliar.

“Kerugian terbesar itu dari WSBK, bukan dari MotoGP. MotoGP bisa melakukan biaya operasionalnya tertutup. Tapi, yang WSBK ini, dia menunjukkan kerugian,” sebut Dony.

MGPA, pengelola Sirkuit Mandalika, akan mulai mengaktivasi sirkuit lain untuk ajang-ajang internasional lainnya yang sekiranya lebih menguntungkan. ITDC juga berencana akan mengundang swasta untuk berinvestasi di lahan sekitar Sirkuit Mandalika.

“Hanya saja, nanti pricenya akan kita review terlebih dahulu. Karena saat ini, price yang ditawarkan itu harganya tiga kali lipat lebih mahal dari kalau kita beli lahan di sana. Jadi, tidak ada investor yang masuk,” ujar Dony.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan