JABAR EKSPRES – Stunting adalah parameter pertama dalam menilai kekurangan gizi pada anak. Hal tersebut menunjukkan bwahsannya seorang anak tak mencapai potensi untuk tumbuh berkembang akibat kekurangan gizi, penyakit, dan kesehatan yang kurang baik.
Seseorang dikatakan stunting adalah ketika tinggi badannya telalu pendek untuk usia sebayanya. Perihal tersebut memperlihatkan adanya perkembangan serta pertumbuhan yang terhambat.
Perlu diketahui stunting adalah bukan masalah pada masa kanak-kanan saja. Perihal tersebut memengaruhi perkembangan kognitif serta fisik yang bisa bertahan sepanjang hidup.
Bagaimana Bisa Tahu Stunting?
Barometer stunting yaitu dengan tinggi badan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kurva pertumbuhan global, ini menunjukkan lintasan yang diharapkan dari pertumbuhan anak sejak lahir hingga dewasa.
Tentu saja, kita tidak mengharapkan setiap orang memiliki tinggi yang persis sama. Ada sejumlah faktor, seperti genetika, yang memengaruhi tinggi badan kita dan bukan cerminan dari
kesehatan yang buruk atau malnutrisi. Oleh karena itu, kurva pertumbuhan ini menjangkau berbagai ketinggian.
Dalam suatu populasi, prevalensi stunting adalah sebagai bagian anak di bawah usia lima tahun yang jatuh dua standar deviasi di bawah tinggi badan yang diharapkan untuk usia mereka.
Untuk memperkirakan prevalensi pengerdilan, para peneliti menggunakan survei rumah tangga dan demografis, yang mencakup pengukuran pertumbuhan anak, bersama data kesehatan resmi
dari pemerintah yang memantau perkembangan anak.
Apa penyebab stunting?
Penyebab terjadinya stunting adalah ketika masa kanak-kanak, namun yang sangat amat ditentukan ketika 1000 hari pertama seorang anak.
Perihal tersebut dimulai dari sebelum konsepsi (artinya statusgizi ibu sangat penting) sampai anak usia dua tahun.
Dengan demikian di usia itulah merupakan fase perkembangan serta pertumbuhan yang sangat cepat.
Faktor terjadinya stunting ialah ketika seorang anak tak memilik cukup nutrisi untuk tumbuh dan berkembang. Haltersebut bisa disebabkan oleh pola makan yang kurang baik, kemudian diperparah dengan adanya penyakit.
Pada saat seseorang melawan penyakit maka kebutuh nutrisi lebih meningkat. Maka dari itu ia memerlukan lebih banyak nutrisi lebih bukan cuma untuk tumbuh namun untuk melawan infeksi juga.