Pada Selasa malam, kota metropolitan ini mencatat rekor AQI 218 yang “sangat tidak sehat”, menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS.
IQAir juga mengungkapkan bahwa pada satu titik pada Selasa malam, New York mengalami kualitas udara terburuk dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di seluruh dunia.
Biasanya, kota ini berada di luar 3.000 kota terburuk dalam hal polusi udara, menurut situs web tersebut.
Seorang profesor matematika berusia 47 tahun bernama Evangelia Antonakos mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tingginya jumlah partikel tersebut.
“Kemarin, saat saya pulang dari sekolah, saya bisa mencium bau asapnya,” katanya kepada AFP, sambil mengenakan masker di Central Park. Putranya yang berusia lima tahun juga mengenakan masker saat bermain skuter.
“Di rumah, kami menutup jendela dan menggunakan filter udara,” tambah Antonakos.
Kota Washington, D.C., juga terbangun dengan bau yang menyengat dan langit yang mendung pada hari Rabu meskipun cuaca sebenarnya cerah. Pihak berwenang di Washington memperingatkan bahwa kualitas udara tersebut “tidak sehat bagi orang yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru, orang dewasa, anak-anak, dan remaja”, dan semua kegiatan luar ruangan di sekolah umum dibatalkan, termasuk pelajaran olahraga.
Kabut asap New York diperkirakan akan berlangsung hingga Kamis.
Di lantai Senat Amerika Serikat, Pemimpin Mayoritas Partai Demokrat Chuck Schumer menyatakan bahwa kabut asap ini “sebuah peringatan dari alam bahwa kita memiliki banyak pekerjaan yang harus kita lakukan untuk membalikkan kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim.”
Para ilmuwan juga mengatakan bahwa peningkatan suhu yang disebabkan oleh perubahan iklim meningkatkan risiko cuaca panas dan kering yang sering memicu kebakaran hutan.