JABAR EKSPRES – Gelombang panas Bangladesh menyebabkan pemerintah setempat menutup sekolah dasar pada minggu ini.
Selain itu, gelombang panas Bangladesh menjadi penyebab utama terjadinya pemadaman listrik di sejumlah wilayah.
Kabar buruk lainnya, petugas setempat tidak bisa menyediakan peredam panas dalam waktu dekat.
Saat ini, suhu di Bangladesh sudah mencapai 41 derajat celcius. Badan meteorologi negara tersebut memberikan peringatan, udara panas yang menyerang Bangladesh tidak akan berakhir dalam waktu dekat.
Baca juga: 4 Rekomendasi HP Samsung Budget Rp10 Juta: Kombinasi Kinerja dan Fitur Terbaik!
Selanjutnya, banyak ilmuan yang memberikan tanggapan, bahwa perubahan iklim berkontribusi besar terhadap gelombang panas yang terjadi.
Sehingga, gelombang panas akan berlangsung lebih lama selama musim panas ini.
Menteri negara urusan energi dan sumber daya mineral, Nasrul Hamid memaparkan, pemadaman listrik di wilayah Bangladesh akan berlangsung dalam kurun waktu dua minggu.
Penyebabnya adalah bahan bakar berupa batu bara untuk pembangkit listrik tidak tersedia lagi.
“Karena krisis energi global dan lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnbya di pasar uang internasional, pihak kami dengan berat hati memangkasi listrik untuk masyarakat,” ujarnya melalui akun Facebook, Senin (5/6).
Adanya gelombang panas Bangladesh yang bersamaan dengan pemadaman listrik secara serentak dalam beberapa bulan terakhir, sudah mengganggu tatanan perekonomian negara Bangladesh.
Selain itu, sektor pakaian juga turut andil lebih dari 80 persen nilai ekspor.
Salah satu warga ibu kota Dhaka, Mizanur Rahman, mengungkapkan terjadinya cuaca panas ketika terjadinya pemadaman listrik selama beberapa jam menjadi kesengsaran rakyat.
Dokter berkebangsaan Bangladesh, Shafiqul Islam, akibat gelombang panas yang terjadi, banyak masyarakat yang membutuhkan perawatan medis khusus.
“Pihak kami banyak menerima laporan bahwa masyarakat Bangladesh terkena serangan panas dan menyebabkan penyakit lain,” ujarnya.
Sementara itu, berkurangnya ekspor menambah buruk pemasukan negara Bangladesh. Dalam 12 bulan terakhir sampai bulan April, sudah menyentuh level terendah dalam tujuh tahun.
Dampak terbesar dari kondisi perekonomian negara Bangladesh yang memprihatinkan adalah terbatasnya kemampuan negara tersebut untuk membayar impor bahan bakar.