JABAR EKSPRES – Latte Factor merupakan keadaan dimana adanya pengeluaran dalam jumlah kecil, namun rutin. Hal ini mungkin tidak akan terasa berat, tapi jika ditotalkan akan berjumlah lumayan.
Latte Factor awalnya dicetuskan oleh David Bach dalam bukunya yang berjudul ‘The Latte Faactor”.
Konsep ini sebenarnya sederhana. Kita memiliki pengeluaran kecil yang dikeluarkan secara rutin atau terus menerus sehingga tanpa disadari akan menghabiskan biaya dari apa yang dibayangkan.
BACA JUGA: Riset: 87 Persen Anak Miskin Berpenghasilan Rendah saat Dewasa
David Bach memberikan contoh Latte Factor dengan membeli sebuah kopi. Misalnya, A merupakan seorang karyawan yang memiliki kebiasaan untuk membeli kopi saat bekerja. Harga per cup biasanya Rp25 ribu, maka dalam 20-24 hari kerja selama sebulan dia akan menghabiskan sekitar Rp500 ribu hingga Rp600 ribu hanya untuk membeli kopi.
Itulah yang disebut dengan Latte Factor. Namun, bukan hanya kopi, semua pengeluaran seperti membeli snack, air mineral, rokok, dan lainnya yang dikeluarkan secara rutin.
Melansir dari Forbes, ternyata tulisan David Bach tentang Latte Factor ini menimbulkan kontroversial. Salah satunya adalah Helaine Olen yang memberi kritik terhadap tulisan David Bach.
BACA JUGA: Ingat! Tantangan Ekonomi Tiap Generasi itu Berbeda
Helaine Olen mengkritik asumsi Bach mengenai Latte Factor ini dalam bukunya yang berjudul “Pound Foolish: Exposing the Dark Side of the Personal Finance Industry”.
Helaine Olen memberikan 2 kritik, yakni:
- David Bach menuliskan dalam bukunya bahwa harga Latte $5. Menurut, Helaine Olen itu terlalu berlebihan. Padahal harga Latte dapat dibeli dengan harga yang lebih rendah dari itu.
- David Bach berasumsi bahwa jika pengeluaran itu bisa diinvestasikan, maka seseorang dapat mendapatkan sekitar 10 persen hingga 11 persen. Menurut Helaine Olen, hal itu tidak realistis.
Menurut Forbes, walaupun kritik yang disampaikan oleh Helaine Olen itu benar, akan tetapi melenceng terhadap poin utama dari Latte Factor itu. Latte Factor bukanlah tentang kopi, melainkan tentang pengeluaran rutin dengan biaya kecil yang acapkali dianggap sepele. (*)
BACA JUGA: Prinsip Hidup Orang Jepang yang Dapat Mengubah Kehidupan Kita