BANDUNG, JABAR EKSPRES — Kerusuhan Mei tahun 1998 menimbulkan banyak korban dan tumpah darah. Hal ini disebabkan perekenomian Indonesia yang mulai anjlok pada awal 1998, akibat krisis finansial Asia sepanjang 1997 hingga 1998. Situasi ekonomi Indonesia yang pada waktu itu morat-marit sebabkan para mahasiswa untuk turun ke jalan menuntut Soeharto untuk lengser.
Aksi demonstrasi yang masif serta mendapatkan dukungan dari masyarakat ini menuntut adanya sistem reformasi penuh.
Pada saat demonstrasi menuntut Soeharto untuk lengser terjadi penembakan yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti, serta puluhan lainnya luka. Di antaranya Hafidhin Royan, 22 tahun, mahasiswa teknik sipil dan perencanaan yang gugur dan dimakamkan di dekat kediamannya di kawasan Kelurahan Pasir Layung, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Banding, Jawa Barat.
Di setiap bulan Mei, rumah dan makam Hafidhin Royan kerap didatangi pelayat lintas generasi. Ibunda Hafidhin Royan, Surnami Junus mengatakan kegiatan ziarah ke makam rutin setiap tahun dilakukan.
BACA JUGA: KPK Temukan 7 Permasalahan dalam Penerimaan Mahasiswa Baru
“Mereka sengaja datang ke makam ini untuk memperingati Tragedi Trisakti,” kata Surnami saat ditemui oleh Jabarekspres.com, Jumat 19 Mei 2023.
Menurut Lathifah, salah seorang anggota keluarga Hafidhin Royan mengatakan berbagai civitas akademika, mahasiswa, dan aktivis melayat ziarah ke makam. Rombongan peziarah dari Universitas Trisakti itu telah datang lebih dulu untuk memperingati kematian mahasiswanya pada 9 Mei 2023 lalu.
“Kemarin yang konfirmasi sebelum datang sekitar 175 orang, tapi saya kurang tahu jumlah realnya berapa. Mereka yang datang ada dari berbagai kalangan. Seperti perwakilan civitas akademika Trisakti, mahasiswa, dosen, pihak kampus,” ujar Lathifah.
Pantauan Jabarekspres.com, makam tersebut masih dipenuhi oleh bunga dari para penziarah. Makam terlihat dari kejauhan marmer bertuliskan ‘Universitas Trisakti’. Terlihat juga di atas nisan makam terdapat prasasti tanda kehormatan yang diukir di marmer berwarna hitam ‘Penerima Bintang Jasa Pratama sebagai Pejuang Reformasi’.
Pada 2005 melalui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Surat Keputusan nomor 057/TK/ Tahun 2005 menobatkan Bintang Jasa Pratama. (Mal)
BACA JUGA: Vibes Sepedaan di Kawasan Summarecon Bandung