Meneladani Sifat Santun dari Sosok Rasulullah Saw

JABAR EKSPRES- Berikut adalah kisah Rasulullah bersama Aisyah, yang menceriminkan sifat santun. Pahami penjelasanya di bawah ini.

‘isyah sedang duduk di hadapan Rasulullah Saw. A ketika seorang Yahudi datang mendekat dan berkata, “Assamu’alaikum,” yang artinya “Semoga kece- lakaan menimpa kalian”.

Tak lama kemudian, datang lagi Yahudi yang lain dan mengucapkan salam yang sama kepada Rasulullah Saw. Ucapan orang Yahudi tersebut bukan suatu ketidaksengajaan, melainkan benar-benar diniatkan untuk mengusik Rasulullah Saw. secara lisan. ‘A’isyah marah melihat kejadian itu. Dia segera me- neriaki mereka, “Celakalah kalian semua! Dan….”

Rasulullah Saw. menyelanya, “Wahai A’isyah, janganlah mengeluarkan kata-kata makian. Jika kata-kata tersebut mengambil wujud, ia akan berbentuk sosok yang paling buruk dan jelek.

Kelembutan, sikap yang tak berlebihan, dan kesabaran yang melekat pada sesuatu pastilah akan mempercantiknya. Namun, sebaliknya jika sifat-sifat itu tercabut, kecantikan serta pesonanya pun akan memudar.

Karena itu, mengapa engkau menjadi geram dan naik darah?” ‘A’isyah menjawab, “Ya Rasulullah! Tidakkah engkau melihat betapa kurang ajar dan lancangnya ucapan mereka? Bukannya menyampaikan ucapan ‘salam’?!” “Ya, tentu aku tahu,” sahut Rasul, “Dan sebagai ja- wabannya, aku mengucapkan ‘Alaikum’ yang berarti ‘Demikian juga atas kalian.

Itu tampaknya cukup (untuk membalas mereka).” Sikap santun lainnya juga ditunjukkan Rasulullah Saw. Suatu hari, ketika beliau sedang shalat berjamaah, tiba-tiba sang cucu, Husein, menaiki punggungnya saat sujud.

Karena khawatir cucunya terjatuh, beliau mem- perpanjang sujudnya, sampai-sampai para sahabat mengira beliau membaca bacaan sujud yang panjang sekali. Selesai shalat barulah beliau menerangkan apa yang terjadi ketika sujud.

Begitulah akhlak Nabi Saw.; meskipun sedang shalat, karena rasa santun dan sayangnya kepada anak-anak, beliau memperpanjang sujudnya dalam shalat.

Di lain kesempatan, beliau terlihat sedang mengelus dan mencium penuh kasih sayang putri bungsunya, Fathimah Al-Zahra. Bisa dibayangkan terkaget-kagetnya orang pada waktu itu. Ketika itu, budaya masyarakat Arab sangat menghinakan kaum perempuan.

Sebab, mereka menganggap kaum perempuan tidak bisa dibanggakan dan dibawa ke medan peperangan. Nabi Muhammad Saw. menunjukkan sikap yang berbeda dengan budaya Arab jahiliyah, itulah akhlak mulia ajaran Islam.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan